AWAL SEPTEMBER 2012
Hidupku masih ‘bebas’ seperti laki-laki single lainnya.
Umurku 22 tahun, belum terlalu memikirkan jodoh, aku punya ‘kesibukan’ sendiri,
jadi tak terlalu galau masalah cinta... :)
Beberapa kali ditawari, tapi aku tak terlalu memikirkannya
OKTOBER 2012
Hanya berselang sebulan, statusku telah berubah. Kini aku
bukan laki-laki untuk diriku sendiri, tapi aku sudah menjadi suami, suami untuk
istriku tercinta...
###
Berawal dari SMS Mbak Fitri (dulu seniorku di kantor,
tapi setengah tahun yang lalu sudah pindah, mutasi kantor). Biasanya Mbak Fitri
SMS kalo ada hubungannya dengan masalah pekerjaan.
Tapi gak ada apa-apa, tumben SMS. Awalnya masih SMS ‘ngalor-ngidul’
dulu, mungkin ada sesuatu. Akupun minta to the point aja...
Tak disangka, eh... ternyata mau nawarin jodoh, hehe..
-.-
Mbak Fitri mau mengenalkanku dengan seorang wanita, aku
tak tahu siapa. Sejenak aku berpikir, akhirnya aku putuskan, tak ada salahnya
dicoba. Barangkali jodoh, tapi kalo memang ga jodoh ya ga apa-apa, namanya juga
ikhtiar :)
Aku tak tahu mau dikenalkan dengan siapa, lalu akhirnya
Mbak Fitri menyebut nama seorang wanita....
###
SENIN, 17 SEPTEMBER 2012
Pertama kalinya, aku dan wanita itu mulai berkenalan
dengan bertukar kertas biodata... sebenarnya aku masih ragu, benar-benar ragu
mau MENIKAH atau JANGAN DULU. Modal apa aku nikah? Umurku masih 22 tahun dan
gajiku tak seberapa, aku tak punya apa-apa...
Sore harinya, seperti biasa ada jadwal majlis setiap
senin ba’da magrib yang diasuh oleh Habib Jamal Ba’agil, yang ajarkan adalah
kitab karyanya Imam Al Haddad, waktu itu masuk bab tawakkal... awalnya yang
diterangkan adalah tentang tawakkal, tapi tiba-tiba pembahasan ‘nyebrang’ ke
masalah pernikahan. (TAWAKKAL DALAM PERNIKAHAN, kuberi judul begitu, hhe..).
Habib Jamal menerangkan yang intinya: SEGERALAH MENIKAH.
“Walaupun umurmu 21 tahun dan penghasilanmu mungkin hanya
750 ribu per bulan, segeralah menikah... Walaupun tidak punya modal, asalkan
kamu suka hadir di pengajian, menikahlah!... tawakkal.” kira-kira seperti itu
nasihat beliau. Kata-kata beliau seperti mirip dengan kondisiku saat itu:
umurku 22 tahun dan gajiku hanya 850 ribu per bulan. Yang hadir pengajian ada
ratusan, tapi seolah-olah, nasihat beliau khusus ditujukan kepadaku. Bahkan
Habib Jamal di akhir penjelasannya tentang pernikahan mengatakan, “ini tadi
sebenarnya yang dibahas tentang tawakkal, tapi kok tiba-tiba jadi mbahas
pernikahan?”
Hehe.. ^^
SABTU, 22 SEPTEMBER 2012
Lima hari kemudian, aku pulang ke rumah dengan
mengendarai motor Beat-ku, ingin memberi tahu orang tuaku dan minta izin apakah
aku boleh menikah, jika diizinkan, rencananya besoknya hari minggu aku langsung
mau silaturrahim ke rumah orang tuanya....
Akan tetapi, di tengah perjalanan pulangku dari Malang ke
Nganjuk, di daerah pegunungan Kecamatan Ngantang, aku mengalami kecelakaan..
Mungkin karena pikiranku yang sedang ‘tidak normal gara-gara si dia’ -.-
... Motorku slip, aku jatuh dengan
terseret, seperti berseluncur di jalanan aspal. Hingga pakainku jebol dan robek
karena gesekan dengan aspal. Kaos kakiku jebol dan kakiku lecet-lecet berdarah,
sarung tanganku robek hingga menembus kulit telapak tanganku, jaketku, celanaku
kotor semua, perih sekali rasanya, sekujur tubuhku rasanya sakit semua... Saat
itu, rasanya rencanaku buyar semua, tak jadi silaturrahmi ke rumah orang tuanya,
pikiranku berkecamuk, yang terbayang saat itu adalah motorku rusak dan aku akan
masuk rumah sakit....
Aku coba menggerakkan tubuhku, alhamdulillah aku masih
bisa berdiri. Kulihat motorku, alhamdulillah masih utuh, hanya lecet-lecet body
di beberapa bagian, remnya bengkong, dan spionnya patah. Untung jalan
pegunungan itu sepi kendaraan, jika ramai mungkin saat jatuh aku bisa ditabrak
kendaraan dari depan/belakang.
Motorku aku servis, sambil aku istirahat, menenangkan
pikiran dan mengistirahatkan sekujur tubuhku yang rasanya sakit semua, perih..
motorku aku servis, karena sampai rumah nanti aku tak ingin orang tuaku tahu
kalo aku baru saja jatuh. Kalo orang tua tahu, bisa-bisa aku dilarang
silaturahmi ke rumah orang tuanya, yang memang jaraknya cukup jauh, sekitar 50
km dari rumahku.
Sesampainya di rumah, aku bercerita dan meminta izin
apakah aku diizinkan untuk menikah.... dan... Bapak dan ibuku percaya kepadaku,
alhamdulillah diizinkan :)
MINGGU, 23 SEPTEMBER 2012
Dengan meminjam motor Vario milik adikku (karena motor Beat-ku masih 'sakit'), aku berangkat
silaturahmi ke rumahnya sendirian. Sendirian bertemu orang tuanya. Hanya
sekitar 2 jam aku di rumahnya.
SABTU, 20 OKTOBER 2012
Alhamdulillah, aku menikah dengannya, wanita yang
sekarang menjadi istriku, istriku tercinta ^^
###
Saat itu...
Saat itu semua terasa berlangsung begitu cepat. Hanya
dalam waktu 34 hari sejak pertama kali kami kenalan, akhirnya kami menikah.
Alhamdulillah atas segala ni’mat-Mu Yaa Allah... alhamdulillah
*@ Waskon 3 KPP 628, 14-2-2013*
0 komentar:
Posting Komentar