"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)
Rabu, 25 Agustus 2010
15 Ramadhan: Sayyid Muhammad Ibn Alawi Ibn Abbas Al-Maliki Al-Hasani
Tepat 6 tahun yang lalu, 15 Ramadhan 1425H / 29 Oktober 2004M, umat islam kehilangan salah satu tokohnya, Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili, Sang Permata Ilmu ini tlah meninggalkan kita untuk menghadap ke Sang Pencipta.
Beliau lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Bab As-salam.
Sayid Muhammad Almaliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengan thariqahnya.
Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan alirianya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan menklirkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Quran dan Sunah. Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, mereka pintar-pintar dan terpelajar. Di samping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan marja’ dan reference di negara-negara mereka.
Di samping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab2 beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dll.
Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia.
Kitab Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, red.) bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka.
Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan dan dituduh sebagai “seorang yang sesat”. Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf.
WAFATNYA BELIAU
Dalam Buku 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia karya Habib Abdul Qadir Umar Mauladdawilah yang saya miliki, diceritakan bahwa ketika itu Kamis 14 Ramadhan 1425 H As-Sayyid Muhammad Al-Maliki menjalani pemeriksaan di rumahh sakit. Di rumah sakit tersebut sudah berkumpul murid dan para kerabat beliau, beliaupun tetap gembira seperti tidak dalam keadaan sakit. Malamnya abuya (panggilannya) meminta kepada dokter untuk menengok keluarga dan murid-muridnya di pesantren di Rushaifah (dekat Makkah). Tepat jam 24.00 beliau keluar dari pintu rumah sakit. Dari Rumah sakit abuya langsung menuju pondok pesantren beliau untuk menemui murid-muridnya saat itu jam menunjukkan pukul 03.00. Kemudian bersama-sama adiknya membaca qasidah.
Tepat pukul 04.00 abuya melakukan sahur dan meminta para muridnya utk istirahat sejenak guna bersiap utk shalat subuh, lalu abuya masuk kamaar dengan ditemani seorang muridnya yg bernama Burhan. Sampai di kamar, abuya bertanya pada muridnya itu, "Wahai Burhan, aku sebaiknya istrirahat di kursi atau di bumi?, "Terserah abuya", jawab sang murid bingung. "Baiklah saya akan istirahat di bumi saja", kata abuya al-maliki.
Beliau kemudian duduk bersandar menghadap kiblat. Sesaat beliau sempat mengambil sebuah kitab dari tangan murid tersebut, tapi kemudian diletakkan di meja, lalu abuya menengadahkan wajah beliau ke langit sambil menyebut "LAAILAHAILLALLAH..............", lalu.....
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Sang Permata Ilmu ini pun menghadap ke Sang Pencipta. As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki meninggal waktu subuh pada Hari Jum'at 15 Ramadhan 1425 H atau bertepatan dgn 29 Oktober 2004 di Makkah.
Jenasah beliau dimakamkan di pemakaman Ma'la, bersanding dengan makam sayyidatuna Khadijah AlKubra, istri pertama Rasulullah SAW.
Allah tlah memanggilnya dalam keadaan yang sangat indah. Pada Hari Jum'at yang mulia ketika beliau sedang berpuasa, mengesakan Allah dan dalam suasana syukur di bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr ibn al-‘As bahwa Nabi SallAllahu ‘alayhi wasallam bersabda:“Allah tak akan mencabut ilmu dari hati para ulama, tapi Ia mencabut para ulama tersebut (mereka wafat). Tak akan ada lagi ulama tersisa untuk mengambil alih tempat mereka sehingga manusia akan mengambil orang-orang yang amat jahil sebagai pemimpinnya. Pemimpin-pemimpin jahil itu akan ditanyai masalah-masalah, dan mereka akan memberikan fatwa tanpa pengetahuan (ilmu). Mereka tersesatkan dan menyesatkan yang lainnya.” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Kitab ul-’ilmi dan Riwayat Muslim
allhumma ighfir lahumaa wa irhamhuma wa ‘AAFIHIMAA WA ‘FU ANHUMAA. WA anna Allah yu’li darajatihimaa fi l-jannah, wa yu’iidu ‘alainaa min barokatihimaa wa asrorihimaa wa anwarihimaa wa ulumihimaa wa nafakhootihimaa fi d-diini wa d-dun-ya wa l-akhiroh, al fatihah.
-KTB 2-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar