"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Minggu, 05 September 2010

Sekilas Kabar dari Kota Cahaya


Sekilas Kabar dari Kota Cahaya


Selasa 7 Juli 2009 pk 15.00 wib saya meninggalkan Bandara Soekarno hatta Jakarta menuju Madinah Al Munawarah, Penerbangan Yemenia Air yg membawa saya dan Muhammad Qalby sempat transit sekitar 2 jam di Dubai, lalu transit sekitar 2 jam di San'a, lalu tiba di Jeddah pk 04.00 dinihari waktu Jeddah (- 4 jam dari WIB)..

Ketika pesawat sudah berada diatas kota Jeddah, mulailah terlintas dihatiku fitnah akidah di negeri ini, adakah saya dg asesoris pakaian seperti ini akan membuat saya dipersulit?, Wahai Tuhan Pemilik Kota Jeddah dan Madinah, beri aku keamanan dan perlindungan di kota kota ini yg Engkaulah pemilik Tunggalnya… airmata mulai tak tertahan.. pesawat mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dg selamat..

Firasat saya terjadi, terjadi beberapa halangan yg cenderung disengaja dalam mempersulit saya di Bandara tsb, namun banyak pula orang orang baik yg menjabat atasan dan petinggi di Bandara itu, justru mereka yg menyambut hangat dan beberapa kali menolong saya ketika dipersulit oleh beberapa oknum,


Kami menuju Madinah Kota Cahaya, (Madinah Almunawwarah berarti kota yg bercahaya) perjalanan dg mobil sewaan menuju kota tercinta Madinah Al Munawarah, kota yg paling dicintai oleh Rasul saw dan seluruh ummat beliau saw yg mengerti tentang kemuliaannya, sebagaimana Doa Nabi saw : Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai kota Madinah sebagaimana kecintaan kami pada kota Makkah atau lebih lagi. (Shahih Bukhari).

Untuk itulah Sayyidina Umar bin khattab ra berdoa : Wahai Allah, beri aku kematian dalam syahid, namun kematian syahidku adalah di kota Rasul Mu ini. (Shahih Bukhari).

Jalan highway Jeddah - Madinah sekitar 400km perjalanan yg lengang itu diapit oleh padang pasir tandus dan gunung gunung batu yg berwarna kehitaman, seakan akan batu batu itu terbakar oleh panasnya matahari, kendaraan yg kami tumpangi melaju dg kecepatan standar, antara 120-140km/jam, dan untuk jalanan lengang sepi seluas itu maka kecepatan itu sangat aman dan tidak membahayakan

Sepanjang perjalanan antara kantuk, shalawat, doa dan airmata, sesekali bercakap cakap dg sopir taksi yg kebetulan namanya Muhammad pula, iapun bercerita bahwa puluhan tahu yg lalu negeri ini tidak tandus seperti ini, hujan masih acapkali turun, seraya menunjukkan beberapa wilayah yg dulunya perkebunan anggur dan kurma, namun saat ini sudah menjadi padang tandus karena air sama sekali tidak ada, bahkan sumur kedalaman 100 meter pun belum ditemukan setetes air, maka tumbuhan itu mati begitu saja, seraya mengatakan dg semangat sambil menunjuk ke sebuah lembah : kalau 20 tahun yg lalu kau lewat di wilayah ini tuanku, maka kau tak bisa melihat matahari diatas karena lebatnya hutan anggur, namun kau lihatlah saat ini bagaimana tidak satupun ada pohon anggur di wilayah ini..

Sesekali kantuk menutup mata ini, namun sesekali tersentak pula mengingat perjalanan Nabi saw dg unta saat Hijrah dari Makkah ke Madinah.. Subhanallah..

Sekitar pk 8.30 pagi kami sudah melewati Gunung Uhud, yg disabdakan Nabi saw : Uhud adalah Gunung yg mencintaiku dan aku mencintai Gunung Uhud. (Shahih Bukhari), air mata tak tertahan.. belasan abad yg silam wilayah ini diterangi cahaya terindah ciptaan Allah swt, dan cahaya itu terus menerangi benak muslimin hingga akhir zaman..

Kami masuk kota cahaya, sopir taxi yg baik hati itu ternyata orang yg memuliakan Nabi saw pula, ia menggosokkan minyak wangi ke tangan kami, saya pun memujinya dalam hati.., orang ini memasuki kota Madinah ia berwangi wangi.. Subhanallah..

ImageKubah Hijau sebagai tanda Makam Sang Nabi saw bagai Zamrud Agung ditengah hamparan keluasan Masjid Nabawiy yg megah terlihat dari kejauhan, Lambang kerinduan segenap ummat ini pd sang Nabi saw di Barat dan Timur, kami masuk hotel yg langsung berhadapan dg Al Haram (masjid Nabawiy), ketika kami masuk ke ruang istirahat di penginapan itu di lantai 11, kami membuka tabir jendela dan kami terperanjat, Kubah Hijau Agung itu tepat dihadapan kami..langsung terlihat jelas dari jendela tsb, Allahumma Shalli alaa Sayyidina Muhammad ..!

Malam hari pk 23.30 waktu setempat, kami masuk Masjid Nabawiy, diwaktu itu Masjid Mulia itu agak lengang, kami masuk dan menuju kehadirat Pintu Megah Makam termulia ini.., airmata tak tertahan mengingat tidak ada yg memisahkanku dengan Jasad mulia dan suci itu kecuali dinding ini..

ImageDibalik dinding ini adalah terbaringnya tubuh yg selalu wangi dan harum yg lebih wangi dari semua jenis minyak wangi, sebagaimana riwayat shahih, ketika Sayyidina Abubakar Shiddiq ra mengunjungi jenazah beliau saw ketika wafat, seraya memeluk Jenazah Sang Nabi saw sambil menangis dan berkata Lirih : Demi Ayahku, Demi Engkau, dan Demi Ibuku, sungguh engkau tetap wangi semerbak dalam hidup dan setelah wafatmu wahai Rasulullah.. (Shahih Bukhari).

Kutatap dinding pemisah itu.., pandangan seakan menerawang kebalik tabir, yg padanya tubuh tersuci dan bercahaya, selalu tersenyum indah menyambut para peziarah.., bagaimana tidak?, Allah swt telah berfirman : Jangan sesekali kalian katakana orang yg wafat dijalan Allah itu wafat, sungguh mereka itu hidup namun kalian tidak merasakannya. (QS Al Baqarah 154).

Salam sejahtera untuk mu wahai Nabi, salam sejahtera untukmu wahai Khalifah Abubakar shiddiq ra, Salam sejahtera untukmu wahai Khalifah Umar bin Khattab ra, airmata para peziarah tak terhindarkan dan mereka pun lama tegak berdiri menikmati kedekatan dg Makhluk Allah swt yg paling indah budi pekertinya, paling ramah, dan manusia yg mencintai setiap muslim ummatnya dg kecintaan yg melebihi segenap kecintaan orang lain pada diri mereka.

ImageDitengah tengah keasyikan itu aku tersentak dg suara para pengawal makam yg menghardik para peziarah untuk tidak berdoa menghadap ke makam Rasul saw.. tapi harus menghadap kiblat yg itu berarti membelakangi beliau saw.., Mereka ini membuat peraturan syariah sendiri, padahal sebenarnya berdoa boleh menghadap kemana saja, boleh menghadap kiblat boleh membelakanginya atau kearah mana saja, dan yg mesti menghadap kiblat adalah saat shalat ..

Namun gangguan yg membuatku hampir meledak marah itu tiba tiba saja menjadi tenang dan damai dan penuh malu pada Sang Nabi saw, setelah teringat bagaimana perlakuan beberapa oknum sejak ketibaanku di Jeddah, sampai ditempat suci ini.., namun ketika itu muncul ketenangan dan malu..

Bagaimana perasaan Sang Nabi Indah, ketika melihat para tamu pecintanya yg sekedar ingin melepas rindu sambil menatap dinding makam beliau saw diusir dan dihardik setelah mereka datang jauh jauh dari barat dan timur?,

Sang Nabi Indah bersabar dan tentunya selalu mendoakan para pendosa yg sesat dalam akidahnya agar diberi hidayah.., justru diriku ini yg tak tahu diri.., bertamu kepada beliau saw dan kurang bersabar atas ujian dalam kunjungan mulia ini..

ImageMaka aku meninggalkan tempat itu untuk menuju Raudhah beliau saw, yg disabdakan oleh beliau saw : Diantara Mimbarku dan rumahku adalah taman sorga (Shahih Bukhari), maka sebidang tempat antara makam beliau saw (dahulu kediaman beliau saw) dan Mimbar lama, ia diberi pagar dan tanda khusus, menandakan wilayah itu adalah wilayah yg disebut Raudhah, yaitu yg termaksud dalam hadits diatas, muslimin berebutan berdoa dan melakukan shalat di Raudhah mulia itu..,

Namun Raudhah pun mulai penuh dan orang orang mulai berdatangan dan berdesakan, maka saya berpindah lagi kebelakang Makam beliau saw, dan disana belum terlalu ramai, maka saya duduk bersimpuh di dinding bagian belakang makam beliau saw, wajah saya dekat sekali dg dinding bersepuhkan emas itu.. dan doa dan munajat, pelampiasan rindu, dan penyampaian salam rindu dari semua jamaah Majelis Rasulullah saw terus saya lantunkan, sebagaimana bersalam di makam adalah hal yg sunnah dan diajarkan oleh Rasul saw sebagaimana banyak riwayat shahih diantaranya pada Shahih Bukhari dan lainnya.

Waktu tak terasa, adzan awal dikumandangkan, kemudian muslimin semakin padat berdatangan, dan sekitar satu jam kemudian diteruskan adzan kedua yg merupakan adzan subuh, mengenai adzan pertama ini merupakan hal yg sunnah, sebagaimana diriwayatkan pada SHahih Bukhari dan lainnya, bahwa Rasul saw memerintahkan Bilal ra adzan untuk menandakan masuknya waktu sepertiga malam terakhir, kemudian ketika masuk waktu subuh Ibn Ummi Maktum ra diperintahkan adzan menandakan waktu subuh.

Saya keluar dari Masjidi Nabawiy sekitar pk 6.30 pagi, tidak terasa sekitar 7 jam bersama kerinduan dihadirat Sang Nabi saw..

Waktu terus berlanjut ziarah demi ziarah ke Al Haram hingga Jumat, 10 Juli 2009, dinihari kami berziarah sekaligus pamit untuk pagi itu meninggalkan Madinah Kota Cahaya..

Wajah tertunduk sedih ketika berpisah dg Sang Kekasih Allah dan Kekasih Mutlak bagi semua mukmin di dunia dan akhirat.. , disertai harapan dan semangat juang untuk terus berkhidmat pada beliau saw dalam pembenahan ummat..

Terlantun kalimat didalam hati ini.. Wahai Nabi Indah.. Wahai Nabi yg sangat Ramah.., Wahai Nabi yg selalu tersenyum.. Wahai Nabi yg selalu berbesar hati dan bersabar menyambut para pendosa dg doa dan harapan…, puluhan ribu pemuda pemudi setiap malamnya berkumpul di majelismu, Majelis Rasulullah saw.., Jakarta kini adalah ajang kumpulan para pecintamu.., puluhan ribu ummatmu setiap malam bershalawat dan salam padamu dan merindukanmu.. ribuan mereka bertobat pada Allah dan berlinang airmata.., setiap malamnya.., haru akan kasih sayang Allah dan Rahmat Nya swt, berdoa dan berdzikir, dan penuh semangat untuk membenahi diri mereka dan keluarga mereka dari kehinaan menuju keluhuran, dan dari keluhuran menuju keluhuran yg lebih tinggi pula.. Jamaah rindu padamu wahai Nabi Indah..

Juga kerinduan dari seluruh pecintamu di barat dan timur…, salam perpisahan wahai para syuhada Badr, wahai Putri Rasul saw Sayyidah Fathimah Azzara ra, Ummulmukminin Sayyidah Khadijah ra dan Sayyidah Aisyah ra dan para Ummulmukminin beserta para ahlul Baqi Muhajirin dan Anshar..

Kami meninggalkan Kota Cahaya, dan hati tetap disana…,

Perjalanan menuju Jeddah diteruskan dg shalat Jumat dan penerbangan pulang dari Jeddah ke Jakarta melewati rute San'a, Dubai, Kualalumpur, lalu Jakarta..

Penerbangan Jumat sore pk 16.00 pd 10 Juli 09 dari Jeddah menuju San'a, dan Transit di San'a selama 29 Jam, yaitu mulai ketibaan di San'a Jumat pk 17.35 waktu setempat, hingga Sabtu pk 23.00 keesokan harinya.

Saya gundah, transit di San'a selama 29 Jam…, walau disediakan hotel gratis oleh fihak Yemenia Air namun sungguh sangat lama.., maka Sabtu pagi 11 Juli 09 saya menghubungi bagian penerimaan tamu dikediaman Guru Mulia Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh, agar disampaikan salam saya pada beliau, apakah saya diizinkan kunjung silaturahmi?, ketika telah disetujui oleh beliau maka setelah kami cukup beristirahat karena ketibaan Jumat petang itu kami sangat lelah setelah sekitar 12 jam meniti perjalanan dari Madinah ke Jeddah dan hingga sampai ke San'a maka malam itu kami istirahat..

Maka pagi keesokan harinya kami menuju Seiyun dg penerbangan sekitar 1 jam dari San'a, menuju Guru Mulia yg selalu berlemah lembut penuh kasih sayang..

Pagi sabtu 11 Juli 09 kami masuk Kota Suci Tarim, kami berziarah ke Makam AL Imam Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alawi rahimahullah, di pekuburan Mulia yg padanya terdapat ribuan para Wali dan Shalihin.., maka sekitar pk 10.30 waktu setempat kami tiba dikediaman beliau.., jumpa dg wajah terlembut yg pernah kulihat selama hidupku.. senyum terindah dan hangat itu menyambut kedatangan kami.., seraya berkata lembut.. selamat datang wahai Munzir yg tiba dari hadirat kota cahaya.., perjalanan indah semoga memperindah hari harimu kemudian..

Beberapa menit percakapan diiringi derasnya airmata, dan kemudian beliau pamit atas kesibukan beliau, dan mempersilahkan kami beristirahat hingga waktu selepas dhuhur..,

Selepas dhuhur kami kembali menghadap, berjumpa lagi dalam airmata haru dan rindu, wasiat wasiat lembut beliau diantaranya :
Tinggalkan kancah panasnya pemilu di wilayah kalian, jadilah penyejuk dari jiwa yg berpecah belah dan gundah.., biarkan muslimin berfihak pada pilihannya masing masing, jangan mencaci siapapun dari calon pemimpin kalian, dan jangan pula terlalu memuji muji salah satunya, tetaplah bijaksana dalam posisi yg menghargai semua kelompok..

Jangan ternodai dg permusuhan antara masing masing pendukung, ketahuilah Dakwah Sang Nabi saw sudah ada sebelum kancah persaingan ini ada, dan Dakwah Sang Nabi saw akan terus ada hingga seluruh kepemimpinan ini sirna.., maka jangan larut dalam permusuhan dan jangan pula terpengaruh dalam keruhnya persaingan.., rukunlah walau berbeda pendapat..

Tenanglah dg keputusan Allah swt.. teguhlah dalam niat agung dalam pembenahan ummat. Selalulah dalam tuntunan kedamaian bagi masyarakatmu..

Salam rinduku untuk semua jamaah dan muslimin di Indonesia.. semoga Allah swt segera mengizinkan terbenahinya ummat diseluruh wilayah Indonesia dan seluruh wilayah muslimin…,

Kami pamit.., karena malam itu pesawat kami dari San'a akan menuju Jakarta.., kami berziarah ke Makam Imam Ahmad Al Muhajir Ahmad bin Isa rahimahullah, lalu pk 17.00 waktu setempat pesawat kami menerbangkan kami ke Bandara San'a melalui Aden, kami tiba di San'a pk 19.00 dan menuju ruang transit dan menanti keberangkatan selanjutnya menuju Jakarta.

Sabtu 11 Juli 09 Pk 23.00 waktu setempat kami meninggalkan San'a, menuju Jakarta dg kesinggahan di Dubai, Kualalumpur, dan mendarat di Jakarta.

Saya menyelesaikan risalah ini dalam perjalanan dari Bandara Kualalumpur menuju Bandara Soekarno hatta, diatas ketinggian 10.898 meter dari permukaan laut, dg jarak 920 km dari Jakarta, tepat diatas daratan pulau sumatera.

Rabbi Wahai Tuhan Pemilik Bumi Madinah.., sebagaimana telah kau jadikan Madinah sebagai kota yg bercahaya, maka jadikan pula Bumi Jakarta sebagai belahan dari Madinah ALmunawarah, yaitu belahan dari kota Nabi Mu yg bercahaya, jadikan Bumi Jakarta sebagai kota para pecinta Nabi Mu Muhammad saw..

Hidupkan jiwa penduduknya dengan kesejukan, kedamaian, ketenangan, kerukunan, dalam cahaya tuntunan Nabi Mu Muhammad saw, Limpahkan kemakmuran bagi penduduk Bumi Jakarta, dan Penduduk negeri muslimin terbesar dimuka bumi ini Yaa Rahmaan, dan limpahkan hidayah dan kemakmuran bagi seluruh muslimin di Barat dan Timur,

Hindarkan kami dari segala kesulitan dan musibah, gantikan dengan kemudahan dan Rahmah,

Wahai Yang Maha Luhur, sebentar lagi hamba Mu akan mendarat di Jakarta, jadikan hari hari hamba Mu ini penuh dg cahaya pertolongan dan keridhoan Mu.. Bimbing hamba Mu yg lemah ini agar dapat selalu tegak berjuang dalam membenahi ummat nabi Mu, munculkan jiwa muda mudi yg bercahaya dg semangat membela sang Nabi saw..
#####
Ditulis Oleh:
Habib Munzir Almusawa
Sunday, 12 July 2009
www.majelisrasulullah.org

0 komentar:

Posting Komentar