"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Senin, 01 November 2010

Wahai Guru Nan Lembut dan Damai


Kubersimpuh Rindu Walau Beberapa Menit Pada Sang Guru Mulia Nan Lemah Lembut

Senin 18 oktober 2010 hamba meluncur dengan penerbangan pertama dari bandara Soekarno Hatta Jakarta pk 6.35 wib menuju Bandara Changi Singapura, tiada niat lain selain melepas rindu pada Guru mulia, manusia yang paling kucintai di bumi ini, dan telah menjadi sumpah setiaku bakti hidupku dan matiku adalah untuk berbakti pada beliau, yang beliau adalah hamba yang hidup dan mati beliau untuk berbakti pada Sang Nabi saw, yang Sang Nabi saw hidup dan mati beliau saw untuk berbakti pada Allah swt.

Hamba tiba pk 9.00 waktu singapura (8.00 wib), dan menanti kedatangan Sang Guru Mulia yang akan tiba di Changi Airport Singapura pd pk 9.00 waktu singapura pula, ketibaan dari Kualalumpur.

Ternyata pesawat beliau delay (tertunda) dan beliau baru keluar pk 11.30 waktu singapura, hanya sekitar dua puluh orang saja yang menanti kedatangan beliau di bandara Changi, maka hamba menangis melihat wajah mulia nan penuh kedamaian itu melangkah dengan santai menuju pintu exit, tiada desak desakan dalam menyalami beliau, dan hamba mohon waktu berbincang sesaat dengan beliau di bandara, sebelum beliau meneruskan ke kota singapura dengan acara yang padat pula,

Beliau tersenyum dan menyambut karung dosa ini dengan teguran lembut.. selamat jumpa wahai sayyid munzir..”,


Subhanallah… lidahmu sangat luhur hingga menyebut karung dosa ini dengan ucapan sayyid munzir, lalu beliau meneruskan ucapannya : “dimana kita akan bicara?, kau akan terus pulang bukan?”

Subhanallah.. firasat tajam (sabda Rasul saw : berhati hatilah pada firasat orang mukmin, karena mereka melihat dengan cahaya Allah swt) beliau telah mengetahui memang hamba hanya ke singapura untuk jumpa di bandara saja, karena kepulangan pesawat hamba adalah pk 12.25 waktu singapura, maka hamba mempersilahkan beliau duduk sambil menanti mobil datang dari parkiran,

Beliau duduk, hamba bersimpuh dilantai sangat dekat dengan lutut dan sandal beliau, airmata berlinang memandangi dengan asyik wajah yang paling kucintai, wajah damai, lembut nan indah itu berkata : “naiklah kekursi..” seraya mengarah pada kursi disebelah beliau, namun hamba menggeleng, mana pula karung dosa ini berani duduk disebelah beliau, hamba lebih suka bersimpuh sambil menikmati wajah yang sejuk dan penuh kasih sayang, lalu beliau mengulangi ucapannya : “naik kesini, duduk disebelahku..”, hamba tetap menggeleng dan tersenyum sambil terus menunjukkan bahwa hamba senang bersimpuh dikaki beliau, jika disuruh memilih duduk diatas tempat manapun sungguh tiada yang lebih nikmat bagi hamba selain duduk bersimpuh dikaki beliau, namun beliau berucap dg suara yang ditekan dengan nada perintah : “duduklah disampingku..!”, maka hamba tak berani menolak perintah beliau dan hamba duduk disebelah beliau, airmata terus mengalir karena ledakan gembira bisa melihat wajah beliau lagi, pemandangan terindah yang pernah kulihat didunia ini..

Lalu beliau memulai percakapan dengan akrab, tanpa menggubris puluhan orang yang berdiri jauh tak berani mendekat, mereka sangat menghargai hamba yang hanya akan jumpa beberapa menit lalu kembali ke Jakarta.

Beliau mulai melontarkan pertanyaan lembut, karena jika beliau diam maka beliau tahu hamba akan rubuh pingsan dari gembira, ledakan cinta dan haru bisa berdampingan dengan beliau, seraya bertanya lembut : bagaimana kabar jamaah kita?, semoga mereka semakin banyak dan semakin mendekat pada keluhuran..?

Hamba menjawab : betul tuanku, dengan bantuan Allah dan doa tuanku, mereka semakin banyak, dan selalu majelis riuh dengan airmata puluhan ribu jamaah, beliau tersenyum puas dan tampak tenggelam dengan kegembiraan hingga terpejam, lalu beliau berkata dengan pelahan : “sampaikan pada mereka salamku, kuwasiatkan pada mereka untuk semakin semangat untuk saling menasihati, masing masing mengenalkan sifat sifat keluhuran nabi saw, membenahi diri, membenahi dan membangkitkan keluhuran pada diri mereka, pada teman teman mereka, pada tempat sekolah mereka, pada tempat pekerjaan mereka, dan terus menjadi penebar kebaikan..”

Hamba menjawab : baik tuanku, akan hamba sampaikan..

Lalu sang guru lemah lembut menjelaskan beberapa hal dan tuntunan yang mesti dilakukan berupa tugas tugas pada hamba, hamba hanya menjawab : labbaik tuanku, hamba akan laksanakan, hamba akan patuhi..

Lalu sang guru mulia nan lembut dan sejuk berkata : kabarkan padaku hal lain..?”.

Hamba menjawab : semalam kami berkumpul sekitar 100 orang aktifis di internet, pria dan wanita untuk mulai menjalin perluasan dakwah di internet…

Sang guru lemah lembut terlonjak gembira : “nah… sungguh itu hal yang sangat menggembirakan, dunia internet penuh dengan kebutuhan para pembenah dan orang orang yang mau berkhidmat menebarkan dakwah lewat internet, karena medan dakwah kita di internet masih sangat sempit dibandingkan kekuatan kedhaliman yang terus mengelabui ummat dengan kejahilan dan kemungkaran.., sungguh usaha itu sangat menggembirakanku..”

Hamba menjawab : doakan kami wahai tuanku.., dan jamaah semua siap dan sudah sangat rindu menantikan kedatangan tuanku..

Sang Guru Lemah lembut tersenyum, sampaikan salamku, aku insya Allah akan kunjung dan menjumpai mereka…”

Hamba menangis haru…, lalu beliau memberi jawaban atas beberapa instruksi dan bimbingan bimbingan untuk langkah selanjutnya dalam kelanjutan Majelis Rasulullah saw..

Lalu hamba terdiam, beliau terdiam, lalu hamba tahu sudah terlalu lama hamba menahan sang Guru yang lemah lembut ini, tanpa terasa 15 menit berlalu, beliau seakan tak perduli dengan waktu demi menerima seorang karung dosa ini, dan beliau mulai melirik pada jamaah yang berdiri jauh dan menanti beliau, maka hamba memahami bahwa waktu sang guru mulia nan lembut telah cukup banyak tersita, dan hamba harus pamit, hamba berkata : tuanku, hamba penuh dosa, hamba takut tidak mendapat ridha tuanku, bagaimana Allah dan Rasul saw akan ridho jika hamba tidak mendapat ridho tuanku..?

Sang Guru Mulia nan lemah lembut tersenyum, bagaikan bulan purnama indah beliau berdoa, semoga limpahan keridhoan selalu menaungimu dalam ketenangan, kegembiraan, dan semoga Allah swt menggembirakanmu dengan ridha… dan sang guru mulia melantunkan doa yang panjang.., hamba bangkit mundur, lalu sang guru mulia nan sejuk bertanya, kemana sekarang tujuanmu..?

Hamba menjawab : pulang ke Jakarta wahai tuanku, malam ini majelis malam selasa di almunawar, beliau tersenyum lagi, dan terus berdoa dan melangkah sambil mengucap selamat jalan…

Duhai guru agung idola barat dan timur…,

sebelum beliau tiba, telah didahulu putra mulia beliau, Alhabib Salim bin Umar bin Hafidh, seraya bercerita panjang pada kami sambil menanti kedatangan Sang Guru Mulia, maka alhabib salim berkata : ayahanda mengunjungi Denmark, kota yang dikenal paling membenci dan menghina Rasulullah saw, namun baru saja beliau keluar dari bandara, sudah disambut dengan pembacaan Maulid nabi saw di bandara, maka Guru Mulia berpaling pada putranya dan berkata: “kau lihat?, pernah kau lihat orang menyambutku di bandara dengan pembacaan maulid?, sungguh diseluruh dunia belum pernah terjadi, tapi terjadi disini, di Denmark, kota yang konon sangat membenci dan Menghina Nabi saw, belum aku sampai di kotanya, baru di bandara justu Lantunan Maulid Nabi saw dikumandangkan, kau lihat bagaimana Allah swt Maha Memberi hidayah walau ditempat yang konon paling menghina Nabi saw?”

Di Jerman Guru Mulia menyampaikan tausiah di salah sebuah forum, hadir diantaranya seorang missionaris nasrani yang mencuri dengar, lalu melaporkannya pada pimpinan gereja yaitu gurunya, maka pendeta besar mengundang guru mulia untuk datang ke gereja dan menyampaikan tausiyah, seakan tantangan sekaligus pelecehan, kau yang berbicara kerukunan ummat beragama, apa berani masuk gereja?

Ternyata Guru Mulia setuju, datang, dan minta izin shalat di gereja, sudah kita fahami dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram, namun sebagian mengatakan boleh jika diharapkan akan diubah menjadi masjid,

Selepas beliau menyampaikan tausiah, maka pimpinan pendeta ditanya : bagaimana pendapatmu terhadap islam?, maka ia menjawab : aku benci islam, namun aku cinta pada orang ini, maka guru mulia menjawab : jika kau mencintaiku akan datang waktunya kau akan mencintai islam…

Lalu guru mulia ditegur, bagaimana melakukan shalat di gereja?, beliau menjawab : aku melakukannya karena aku tahu tempat ini akan menjadi masjid kelak..

Lalu kami bertanya, apa yang membuat guru mulia masih didalam bandara?, beliau ditahan dan dipersulitkah?, lalu putra mulia menjawab : ayahanda asyik dengan mereka, mereka tidak tahu islam dan mau minta kejelasan, justru ayahanda senang dan duduk dengan mereka member tausiyah dan penjelasan pada staf imigrasi change airport tentang indahnya islam, mereka yang awalnya curiga dan ingin interogasi, justru menjadi pendengar setia dan terlalu asyik duduk mendengar penyampaian lemah lembut beliau hingga menghabiskan waktu 90 menit..!

Lambaian tangan beliau terus membuatku berdiri tercenung, dan terus hamba masuk ke airport untuk bording yang sudah terlambat, duduk di pesawat, dan kembali ke Jakarta, hamba tiba di bandara soekarno hatta pd pk 13.05 wib dengan selamat.

Wahai Allah.. barat dan timur haus dengan para penyeru yang lemah lembut penyambung kasih sayang Mu, mengenalkan kami pada kasih sayang Mu, kelembutan Mu, dan keindahan Mu, juga kelembutan nabi kami, idola kami, Sayyidina Muhammad saw,

Sungguh anugerah agung Mu dengan menghadiahkan kami seorang pembimbing keluhuran, penerus dakwah nabi Mu, panjangkan usia guru mulia kami, beri kemudahan atas perjuangannya, limpahi kasih sayang Mu seluas luasnya pada beliau, dan ikut sertakan kami, para pendosa yang mencintai beliau, dunia dan akhirat jangan pisahkan kami dari beliau, dan bersama beliau, berjuang bersama beliau, memanut beliau, dan mengabdi pada beliau..

Yaa Allah… Yaa Allah… Yaa Allah.. Amiiin..

Lambaian tangan beliau terus membuatku berdiri tercenung, dan terus hamba masuk ke airport untuk bording yang sudah terlambat, duduk di pesawat, dan kembali ke Jakarta, hamba tiba di bandara soekarno hatta pd pk 13.05 wib dengan selamat.

Ditulis Oleh: Habib Munzir Almusawa
Monday, 18 October 2010

*********
*********
*********
*********

Aku pamit Wahai Guru Nan Lembut dan Damai

Siang hari sabtu 13 Juni 2009, detik detik pamitanku pada Guru, aku bersimpuh dihadapan Guru, samudera ilmu nan luas.., Guru yg sangat lembut dan berwibawa, seakan akan langit dan bumi sirna ketika aku memandang kelembutan dan kedamaian diwajahnya, berkata Anas bin Malik ra : Belum pernah kami melihat pemandangan yg lebih menakjubkan dari wajah sang Nabi saw (Shahih Bukhari)

Itu adalah dimasa Anas bin Malik ra, namun dimasaku aku menemukan cahaya keindahan itu, sebagaimana sabda Nabiku saw : "Maukah kalian kuberitahu siapakah yg mulia diantara kalian?, mereka adalah yg jika dipandang wajahnya membuatmu ingat pada Allah" (HR Bukhari pada Adabul Mufrad).

Kota Tarim, Hadramaut, Yaman adalah kota kedamaian, cuaca panas terik yg bisa mencapai 45 derajat celcius, namun terik matahari itu sirna dan sejuk dengan keberadaan para ulama shalihin berwajah sejuk dan damai,

Mereka lepas dari segala racun keduniawian, mereka lepas dari segala ketamakan, mereka lepas dari sifat iri dengki, sombong dan segala penyakit hati yg hina, mereka selalu membawa kedamaian dimanapun mereka berada, airmata yg selalu mengalir dalam doa dan munajat, telapak tangan yg selalu terangkat kehadirat Yang Maha Suci dan Maha Abadi, membuat tangan tangan mereka berhak diperebutkan dan diciumi untuk mendapatkan keberkahan ilahiah dari munajat dan doa mereka, Selalu berlemah lembut bahkan pada para pendosa dan hamba yg berlumur kesalahan..

Aku bersimpuh dihadapan Guru, wajahku menunduk dan sangat dekat diahadapannya, airmataku terus mengalir tak kunjung henti jika memandang wajah Guru..

Airmata cinta..
Airmata haru pd kelembutannya..
Airmata semangat bakti padanya dg jiwa dan raga..
Airmata rindu dan selalu ingin bersamanya..
Airmata penyesalan atas perbuatan yg mengecewakannya..

Kuangkat kepalaku lagi menikmati wajah terindah dalam hidupku..
Wajah yg membuatku ingat pada Allah..
Wajah yg selalu memancarkan cahaya khusyu dan damai..
Wajah yg selalu berusaha menyantuni semua hamba ilahi..

Sang Guru tersenyum lembut.., membuatku menunduk dan semakin deras airmataku mengalir haru dan asyik dalam cinta dan bakti padanya..

Seraya berkata lembut : Bagaimana keadaan Jamaah di Indonesia?

Aku terdiam dan tak mampu menjawab..

Seraya berkata lembut : Semoga mereka dalam kebaikan dan kedamaian..
Semoga semakin banyak yg bertobat dan kembali kepada keluhuran..

Aku menjawab : Amiin..
Hanya itu yg bisa keluar dari bibirku..

Sang Guru berkata lagi : Kabarkan padaku..

Aku menangis tersedu sedu dan berkata : Mereka semakin banyak.., mereka semakin banyak tuanku.., saya risau tuanku..

Sang Guru tersenyum.. terdiam.., lalu berbisik lembut : apa yg kau risaukan..?

Aku berkata : musuh semakin banyak… saya risau mereka akan merusak perjuangan kita..., saya tidak mau memerangi mereka.., saya selalu memaafkan mereka sebelum mereka meminta maaf.., namun saya risau pula karena mereka terus ada..

Sang Guru berkata lirih : kita kelompok damai yg tidak memusuhi.., semoga Allah menenangkan kita dari gangguan musuh..

Aku menunduk.. amiiin.. bisikku.., airmata berjatuhan semakin deras..,

wajah indah dan damai itu kembali melantunkan wejangan wejangan lembut dg suara lirih dan terkadang berbisik lembut..,

hingga akhirnya Guru berkata lembut dan pelahan : Adakah yg masih mengganjal dihatimu..?

Aku menunduk.. airmata telah berjatuhan membasahi permadani.., aku diam dan tak berani berucap.., dan beliau menatapku dg cermat dan risau.., dahi Guru berkerenyit tanda beliau benar benar menanti jawabanku.., maka aku berkata lirih.. : mereka dengki pada saya.. saya sedih mengapa mereka dengki pada saya.., dan kemajuan yg semakin pesat justru semakin memicu hal ini.., maka saya tidak tahu harus bagaimana..

Beliau tersandar dan tersenyum.. beberapa detik tanpa suara, lalu beliau melantunkan ayat ayat kejadian Nabi Yusuf as yg didengki oleh saudara saudara kandungnya.. lalu beliau berkata lirih : bahkan anak anak para nabi pun ada yg tidak selamat dari sifat dengki pada saudaranya..

Lalu beliau tersenyum.. senyum yg menghibur jiwa yg risau dan resah..,

Aku tercenung.. lalu beliau menyadarkanku dari lamunanku dg menghentakkan sebuah siwak kepangkuanku.., siwak dipukulkan kepangkuanku.. tanda kedamaian dan keakraban yg sangat menyejukkan..

Aku berkata lirih.. : apa yg harus saya lakukan..?

Maka Guru berbisik lembut : kita adalah kelompok damai, kita adalah kelompok yg selalu berdoa, kita berusaha dg naungan doa, kita bekerja dg naungan doa, kita beraktifitas dengan naungan doa..

Doa kepada Allah.. doa kepada Allah.., doa kepada Allah..

Aku menunduk.. mulai kurasa bahwa aku telah banyak menyita waktu Guru.., aku berbisik disela sela tangis…, saya pamit……

Guru menjawab : kutitipkan engkau pada Allah…..

Aku roboh dalam tangis dan kubenamkan wajahku dipangkuan Guru, aku akan kembali berjuang dalam dakwah.., aku akan berhadapan dg segala apa apa yg semoga Allah meringankan segala bebanku..

beliau menepuk bahuku dg akrab untuk menyemangatiku, akupun bangkit.., berdiri mundur tanpa berani membelakangi.. sambil terus menunduk tanpa berani memandang wajah damai itu lagi.., sampai ke pintu barulah kubalikkan tubuhku..

Disaksikan terik matahari dhuhur kutinggalkan kota Tarim..
Kota kerinduan, kota kedamaian.. kota tempat kekasihku dan Guru Muliaku berada, sang pembimbing diriku menju jalan keluhuran, keluhuran dunia dan keluhuran akhirat..

Pesawatku mendarat di Bandara Soekarno hatta pada Ahad …..

Oh Jakarta.., gemetar dan penuh risau kulangkahkan kaki turun dari pesawat menginjak Bumi Jakarta.., beban.. tanggung jawab.., massa.., kendala.., subhanallah..,

lalu aku membatin.. wahai nafas nafasku.. kau adalah ajang bakti cintaku pada Guru, padanyalah kubaktikan Jiwa ragaku, yg dengan itulah Matahari keridhoan Allah dan Rasul Nya terbit sepanjang waktu bagiku..
****

ditulis oleh: Habib Munzir Al Musawa
Sunday, 14 June 2009

0 komentar:

Posting Komentar