"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Selasa, 08 April 2014

Habib Munzir Al-Musawa di Mata Putra-Putrinya




"... Saya sering diberi pesan untuk enggak malas belajar. Setiap selesai salat subuh Abi selalu mengecek kamar untuk melihat apakah saya belajar atau tidak,” ucap Hasan dengan wajah polos.
 

**************

“… Saya, Hasan, dan Umi menyusul. Abi langsung masuk ruang ICU. Setelah kami menunggu dua jam, pihak RS menyatakan Abi sudah meninggal dunia,” papar Muhammad tegar.

Ketika mendengar kabar itu, kata Muhammad, adiknya Hasan sempat menangis. Namun ia bersama Uminya memberikan pengertian dan menguatkan sang adik. “Saya mengatakan kepadanya, seberapa banyak air mata yang kau keluarkan tidak akan bisa menghidupkan lagi Abi,” ujarnya bijaksana.

Menurut Muhammad, uminya juga terus menguatkan dan meminta kedua putranya untuk berlapang dada dan mendoakan abinya, sebab memang sudah waktunya ia pergi.  “Semua harus ikhlas dan kuat, terutama ketika Abi dimakamkan. Alhamdulillah sayalah yang mengazankan beliau,” sahut Muhammad. Sayangnya, kata Muhammad, kakak tertuanya Fatimah Al-Munsawa tak bisa menghadiri pemakaman ayahnya lantaran masih melanjutkan studi di Darulmustafa Hadramaut, Yaman.


“Ya, kakak saya masih belajar di sana tapi dia juga kuat dan sempat berkirim SMS ke sekretaris Abi. Kata Kakak di SMS-nya, ‘Aku memang tak bisa hidup tanpa abi, tapi aku akan bertahan untuknya.’,” tutur Muhammad menirukan pesan yang dikirim sang kakak dari negeri jauh dengan nada pelan.

Kakak beradik yang masih berusia belia ini pun lantas mengungkapkan, hingga akhir pekan lalu masih merasa bahwa ayahnya masih berada di dalam rumah dan sedang beristirahat. “Biasanya kalau ada mobil beliau di rumah, semua orang enggak berisik karena Abi biasanya sedang istirahat. Ya, sampai sekarang rasanya masih seperti ada saja,”sahut Muhammad sambil memandang adiknya, Hasan.

Selalu Berkata Lembut

Bagi Muhammad dan Hasan, sang ayah di mata mereka adalah sosok ayah yang banyak memberikan banyak teladan. “Kalau bicara, Abi susah dibedakan kapan serius dan bercanda. Tapi bercandanya selalu bermanfaat dan sudah pasti menceritakan kisah sahabat Rasul SAW. Abi juga pernah marah, tapi hatinya murah, lembut. Kalau marah pada detik itu, maka pada detik itu juga Abi memaafkan,” papar Muhammad yang selalu diangguki oleh sang adik.

Hasan lantas mengaku ia segan dan takut kepada ayahnya lantaran tahu, sang ayah tak pernah menegurnya dengan bahasa yang keras. “Abi, kalau menegur enggak seperti orang-orang lain. Bicaranya santai tapi kena di hati. Saya sering diberi pesan untuk enggak malas belajar. Setiap selesai salat subuh Abi selalu mengecek kamar untuk melihat apakah saya belajar atau tidak,” ucap Hasan dengan wajah polos.

Muhammad menambahkan, ia pun pernah ditegur ayahnya lantaran terlihat mengantuk saat saat menjalankan salat subuh. “Soalnya, ketika itu saya tidurnya kemalaman. Jadi pas waktunya salat subuh dan doa qunut, saya kurang keras menjawab “Amin”. Akhirnya, selesai salat Abi menegur saya. Besoknya saya enggak berani tidur malam-malam lagi,” sahutnya.

Kedua anak lelaki Habib Munzir Al-Musawa ini pun mengakui, mereka akan sangat merindukan sosok sang ayah tercinta di masa-masa mendatang. “Kebiasaan kami, kan, selalu bersama Abi. Terutama setiap salat subuh kami selalu berjamaah dilanjutkan dengan mendengarkan Abi membaca kitab,” jelas Muhammad.


“Cara Abi duduk, bicara, makan, semua itu teladan dari Rasul. Jadi saya dan Hasan ingin bisa seperti Abi,” sahutnya.

Disalin dari: Tabloid Nova Minggu, 29 September 2013

Link sumber:

0 komentar:

Posting Komentar