Dari Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org
21 Juni 2010
From: Zaenal
Assalamualaikum
Moga Habibana senantiasa dalam kemuliaan dan ridho Alloh ta’ala, aamiin.
Bib, ada yang ingin saya tanyakan:
….
Afwan, kalau saya perhatikan imamah (lilitan di kopiah) yg dipakai melilit di peci Habibana kok berbeda dengan lilitan Guru Mulia Habib Umar, kenapa Bib?
Melihat Habib Jindan (Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan, Alfachriyah Ciledug) juga atau murid Guru Mulia yang lainya sama dengan Guru Mulia. Kalau boleh tahu apakah ada makna khusus antara yang memanjang dengan yang seperti Habibana?
Syukron
alfaqir
Re: Habib Munzir Al Musawa
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Kebahagiaan dan kesejukan rahmatNya semoga selalu menaungi hari-hari Anda,
Saudaraku yang kumuliakan,
….
Menggunakan imamah (sorban di kepala) mempunyai 4 riwayat dari yang dilakukan Rasul saw, yaitu dengan membuka kedua telinga tidak tertutup imamah, riwayat lainnya dengan kedua telinga tertutup, riwayat lainnya dengan memakai buntut yang panjangnya tidak melebihi satu hasta, riwayat lainnya tidak memakai buntut.
Guru Mulia memadukan semua riwayat itu, yaitu sebelah kanan menutup telinga, sebelah kiri membuka telinga, dan memakai buntut imamah hanya setengah hasta, yang dengan itu mencakup semua riwayat itu.
Namun saya memegang sanad perintah beliau untuk tidak melebihi 5 hasta bagi pelajar, dan tidak melebihi 7 hasta jika sudah menikah dan sudah mengajar. Saya belum menemukan izin untuk lebih dari 7 hasta, berbeda dengan beliau tentunya.
Maka saya memakainya tidak melebihi 7 hasta dan ketika saya sesuaikan dalam memakainya, saya merasa lebih nyaman tidak dengan buntut di belakang, karena banyak dibentur ratusan bahkan ribuan jamaah dalam bersalaman. Itu sering membuat imamah berubah posisi bahkan dirisaukan lepas terlempar dari kepala karena benturan benturan itu. Maka saya memilih tanpa buntut, dengan menutup dua telinga, karena hal itu lebih nyaman bagi saya dan tidak melanggar perintah beliau. Jika saya memakai 9 hasta maka bisa mantap di kepala walau dengan buntut, namun itu melanggar larangan beliau.
Demikian saudaraku yang kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.
Wallahu a'lam
Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI
"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)
Sabtu, 08 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar