"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Sabtu, 08 Oktober 2011

36. Gara-Gara MR

- - - Gambar poster yang dahulu terpajang di kamar kos di sini dan di kampung, saya copot dan langsung dibakar. Tergantikan dengan wajah sejuk nan berwibawa para guru dan habaib. Dalam saku baju dan celana tak kan ada lagi teks lagu-lagu kaum kuffar itu yang tersisa tinggalah siwak, minyak wangi sulthon, dan tasbih kecil. Hari haripun saya ushakan terjaga dalam wudhu seperti yang sering habibana sampaikan. - - -


Dari Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org
Ditulis oleh: Kodar
24 Februari 2008
(*MR=Majelis Rasulullah SAW)

Dalam menyambut dan sebagai tanda syukur al faqir atas hari kelahiran Guru Mulia Al Habib Munzir Al Musawa, maka
sekilas di sini al faqir akan menceritakan betapa keberkahan Habibana Munzir dan kekeutan majelis dzikir serat majelis shalawat telah memberi perubahan yang berarti bagi al faqir.
Semoga niat al faqir dalam menceritakan ini lurus sehingga tak ada riya dalam hati. Semoga cerita ini dapat dimaklumi jika sedikit
"mengotori" situs mulia ini. Sungguh hal ini al faqir sampaikan atas dasar syukur kehadirat Allah SWT yang menganugerahkan hidayah sehingga dapat bergabung dengan majelis mulia ini.
Jika Allah berkehendak semoga cerita ini bermanfaat bagi mereka yang belum menikmati dan termuliakan dalam majelis ini.
Jika muncul pengingkaran atas keberkahan dzikir dan shalawat dari sebagian saudara muslimin, maka mungkin cerita al faqir insya Allah menjadikan "sedikit nasehat" bagi mereka. Sebenarnya al faqir malu dan kurang pantas untuk menceritakan sedikit ibadah yang jauh kesempurnaan ini.
Tentu saja saya menyerahkan kebijakan kepada al habib, jika saja cerita ini belum layak dan kurang pantas di tampilkan, maka al faqir maklum adanya.
………………………….
Sebelumnya bergabung dengan majelis mulia ini hari-hari saya selalu dan terus di isi dengan hal yang sia sia belaka. Idolaku adalah mereka kaum barat dengan musik keras yang penuh umpatan sumpah serapah, sebut saja (maaf) l*mp b*zk*t/k*rn/l*nk*np*rk/m*t*ll*c*/ d*st*rb*d dan banyak band aliran keras lainya. Setiap hari tak luput satu dan beberapa kaset dari mereka saya dengar dengan berteriak teriak memecah telinga yang tentu saja mengganggu tetangga. Moto saya waktu itu, sehingga bangun tidur, akan tidur dan setiap saat selalu memperdengarkan mereka itu.
Suatu ketika salah satu grup band barat itu manggung di Indonesia sekitar tahun 2004 saya dengan semangat membeli tiket yang seharga Rp 300.000.- (coba jika disedekahkan) yang jika ditotal hingga Rp 500.000.- atau Rp 600.000.-. Bagi orang lain mungkin jumlah ini adalah tidak terlalu besar, akan tetapi bagi saya merupakan jumlah yang lumayan dan perlu beberapa bulan unutk mengumpulkannya. Namun demi idola saya waktu itu maka sia-sia uang itu. Acara sedianya di mulai pukul 16.30 sore akan tetapi pukul 08.00 pagi saya sudah stand by di pintu masuk (maka hilanglah semua shalatku di hari itu) demi melihat langsung idola yang tidak pernah mengenal bersujud kepada Allah.
Malam hari yang mulia, yaitu malam jum'at, yang seharusnya di isi dengan majelis taklim dan yasin, tapi saya malah asyik dengan acara salah satu stasion radio yang memutar lagu rock barat dua jam penuh. Dan selalu saya dengarkan dengan volume yang kencang memecah telinga. Sampai ada tetangga kos bilang, "Ini kan malam jum'at! Jangan berisik! Kamu ini orang islam bukan sih!" sambil dia mematikan radio saya. Dalam hati kelam saya, "Emang siapa sih elo? Kyai bukan! Ustad juga bukan! Sok nasehati!” Lalu dengan bangga saya nyalakan lagi radio itu dengan suara lebih keras. Demikian malam keberkahan itu terleawatkan begitu saja dengan hal yang di murkai Allah.
Disetiap sudut kamar di sini dan di kampung dipenuhi dengan poster wajah idola yang membawa mudharat itu. Hampir-hampir tak terlihat dinding kamar karena terlalu penuh dengan poster mereka (Apa gunanya idola semacam ini?). Lebih buruknya lagi saya mengarahkan adik saya satu satunya untuk mengikuti jalan saya, beridolakan kaum kuffar itu.
Penampilan saya ga kalah british mulai dari hitam baju idola kuffar itu dan kalung melingkar di leher dengan gelang sederet di tangan bahkan pergi keluar rumah jarang memakai baju hanya dengan bertelanjang dada. Astaghfirullah!
Dahulu belum mengenal yang namanya shalawat yang indah itu. Setiap hari hanya disibukan dengan menghapal bait bait lagu kaum barat sehingga di saku baju atau celana pasti ada teks lagu yang kasar kasar itu. Terlebih lagi masalah adab orang tua, betapa sering hati mereka teriris dan sakit hati kecewa atas perkataan kasar dan tingkah laku saya. Bicara dengan keras dan membentak dan tanpa adab sedikit pun terhadap orang tua, apalagi kepada ibu, air susu beliau di balas dengan air tuba.
Di malam minggunya dihabiskan dengan jalan bareng dan bergaul dengan teman lawan jenis tanpa tutup aurat dengan pakaian anak muda jaman sekarang, membicarakan aib orang, dan terjerumus dalam jurang kemaksiatan dosa. Naudzubillah.
Sholat pun sedapatnya saja dengan sholat sistem “kilat khusus” itupun dengan pakaian yang seadanya juga. Misalkan hadir di mushola itu juga dengan keterbatasan bentuk ibadah, hanya berpakain kaos olahraga, tanpa peci, dan buru buru kabur setelah salam.
Demikian hari hari terdahulu al faqir yang kelam....
Lalu....
Suatu ketika al faqir Sholat Isya di mushola. Berkata Pak Haji yang sudah almarhum (semoga Allah angkat derajat beliau), “Kamu ga ikut taklim?” (taklim b'da isya hari senin)
Saya berpikir entah kenapa hari itu saya iseng hadir taklim di mushola dengan mengajarkan beberapa kitab melayu Karangan Mufti Betawi Al Habib Usman bin Yahya, yang dibagikan secara sukarela oleh Ustad Ahmad Effendy. Mulai saat itu saya tertarik untuk selalu hadir.
Beberapa hari kemudian, selepas maghrib saya tanpa sengaja melihat salah seorang jamaah mushola memakai jaket bertuliskan “MAJELIS RASULULLAH SAW”. Dalam hati saya majelis apa ini, jaketnya kok bagus dan saya berkeinginan membeli jaket itu dan harus beli. Untuk apa? Hanya sekedar untuk gaya gayaan!
Selang beberapa bulan saya dapat hadir di Majelis Rasulullah SAW, berkat dapat kenalan dari teman kampung yang sudah sering hadir di MR. Hati saya mulai merasa ada sesuatu yang selama ini belum pernah kurasakan, terasa damai dan tenang ketika dilantunkan shalawat dan mendengar ceramah dari habibana.
Sejak itu saya mulai sering hadir di Majelis Rasulullah SAW namun begitu kebiasaan lama saya belum terkikis habis masih sering terperangkap jurang maksiat dan dosa.
Tapi Allah Maha Pengampun segala dosa, sampai segala hal yang sia-sia itu sedikit demi sedikit mulai terkikis dan saya tinggalkan. Saya berpindah kos dan mencari lingkungan baru untuk mengurangi frekuensi bertemu dengan teman yang dalam ghaflah itu, tetapi kos saya masih di sekitar Mushola. Kalung serta gelang itu satu persatu saya lepaskan. Dan puluhan kaset lagu barat itu seakan berjamur karena jarang bahkan tidak pernah saya putar lagi. Sekarang lebih asyik dengan mendengar beberapa kaset shalawat dan maulid serta ceramah dari habibana dan dari majelis shalawat lain. Bahkan tak lengkap jika akan tidur dan bangun tidur sebelum mendengar maulid Karangan Al Habib Umar Bin Hafidz.
Setiap hari senin insya Allah saya hadir selalu dan insya Allah termuliakan dalam cahaya shalawat Majelis Rasulullah SAW. Dengan terlebih dahulu ba'da isya hadir dalam majelis di mushola, yang berat untuk di tinggalkan karena bagaimanapun ustad yang mengajar di mushola adalah guru pertama saya. Dan terasa segan untuk melewatkan majelis di nushola ini karena segala sesuatu persiapan sebelum taklim alhamdulillah saya yang memepersiapkan dari yang baca shalawat (ROCKER ITU MENCOBA MELANTUNKAN BAIT-BAIT SHALAWAT) puji syukur BISA! Saya juga membantu mengatur meja taklim, menyiapkan hidangan selepas taklim. Setelah itu saya baru meluncur ke Masjid Al Munawar. Ini majelis yang saya wajibkan hadir padanya, walau dalam keadaan apapun, tak jarang saya pulang dengan berjalan kaki dari al Munawar sampai kos (Tebet barat dekat rumah susun) hal ini karena kecintaan akan majelis ini.
Dan insya Allah takkan kan ada malam jum'at yang tersiakan karena ba'da maghrib terisi dengan majelis yasin di mushola yang alhamdulillah kesemuanya saya turut membantu mulai dari membagi yasin, menyiapkan hidangan sampai membersihkan selepas acara. Semua itu adalah karunia Allah dan kehendak Nya, Subhanallah! Yang sebelumnya sangat jauh dari hal seperti ini namun justru MENJADI PECINTA. Alhamdulillah setiap hari terdapat banyak taklim di daerah saya (Tebet Barat) yang dapat saya hadiri.
Di hari sabtunya disibukkan dengan jadwal pengajian ada yang ba'da shubuh, lalu pada waktu dhuha, ba'da ashar di kediaman Al Habib Ali Assegaf, ba'da maghrib di Masjid Rusun Tebet Barat. Selepas itu bergabung dengan para Pecinta Sayyidina Muhammad SAW di MR untuk tabligh akbar dan ziarah.
Gampar poster yang dahulu terpajang di kamar kos di sini dan di kampung, saya copot dan langsung dibakar. Tergantikan dengan wajah sejuk nan berwibawa para guru dan habaib. Dalam saku baju dan celana tak kan ada lagi teks lagu-lagu kaum kuffar itu yang tersisa tinggalah siwak, minyak wangi sulthon, dan tasbih kecil. Hari haripun saya ushakan terjaga dalam wudhu seperti yang sering habibana sampaikan.
Saya bersyukur, Allah jadikan saya tinggal di tebet barat ini yang sarat dengan habaib, kyai dan ustad. Sehingga dapat menggali ilmu setiap waktu.
Dan.... Alhadulillah adik saya juga mulai berbenah mengikuti kakaknya ini yang sebenarnya masih jauh dari sempurnanya nilai ibadah. Mulai meninggalkan hal yang sia belaka dan berusaha membuktikan cinta atas Nabi SAW dengan terus berproses memperbaiki diri.
Maha besar engkau Ya Allah yang terus memberi kemudahan bagi hambanya untuk keluar dari jurang dosa menuju pintu ampunan dan samudera keridhaan Mu.
……………….
Cerita di atas bukan maksud al faqir membanggakan diri, karena belum ada yang pantas dibanggakan. Karena masih jauh dari sempurnanya segala bentuk ibadah al faqir. Tapi dari sini mulai bangkit tuk selalu berproses menggapai ampunan Illahi Rabbi.
DAN HANYA INGIN MENUNJUKKAN demikian kuat dan betapa dahsyat kekuatan majelis taklim, majelis shalawat dan dzikir. Yang atas kehendak alllah dapat merubah sedemikian hambanya tuk keluar dari jurang maksiat dosa dan hal yang sia-sia menuju samudera pengampunan, keridhaan dan keberkahan dari Allah SWT.
Dan betapa besar nikmat karuni Allah SWT.
"lalu nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan?"
Mungkin ada yang berkata hal yang saya alami ini ga ada apa apanya dan tidak terlalu bernilai! atau mungkin ada yang berucap, "Segitu saja sudah bangga”!
Jangan menilai tentang perubahan yang mungkin terlihat sedikit dari diri al faqir itu, tapi coba renungkan betapa kekuatan cinta akan nabi saw dan keberkahan setiap dzikir serta shalawat kan mengikis segala bentuk kemungkaran!

Wallahu a'lam, semoga bernilai manfaat. Mohon kareksinya!
_____________

Re:
Habib Munzir al Musawa
Hayyakumullah… semoga Allah menyambut Anda dengan segala anugerah Nya SWT. Semoga Allah swt memuliakan Anda dengan rahmat dan kebahagiaan, amiin. Terimakasih ceritanya saudaraku, saya sangat terharu, luar biasa Allah mencintai Anda untuk mengundang anda pada kedekatan kehadirat Nya swt. Alhamdulillah.


Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI

0 komentar:

Posting Komentar