- - - …Dan masih banyak keluhan-keluhan lain dari muslimin di sana. Namun hal itu dapat diredam dengan menjalin hubungan baik dengan para “Pedande” (pendeta) Hindu. Wakil pimpinan Pedande Bali ini rupanya ramah, dan ia pun sering hadir di majelis-majelis menemani kedatangan para Ulama dari luar Bali, ia mengenal ucapan “Insya Allah”, Alaikumsalam, Bismillah, dan ucapan-ucapan muslim lainnya. semoga Allah memberinya hidayah. - - -
Dari www.majelisrasulullah.org
Ditulis oleh: Habib Munzir al Musawa
19 Juni 2007
Sabtu siang pkl 13.00 WITA, 26 mei 2007, kami tiba di Bandara Ngurah Rai Denpasar, disambut oleh para kordinator dakwah di wilayah Denpasar, Ustaz H. Badrudin, Hb. Talib Assegaf, H. Kholid dll. Dua mobil yang sarat dipenuhi para penggerak dakwah itu telah berjam-jam parkir di Bandara Ngurah Rai menanti kedatangan kami. Setibanya kami di sana maka salam dan peluk hangat kerinduan tak terhindarkan setelah 3 tahun lamanya kami tak kunjung ke Bali, padahal sebelumnya kami mengunjungi Bali setiap bulannya.
Kami segera menuju Kediaman Ustaz H. Badrudin untuk majelis pembukaan dan sambutan, seraya pembacaan Maulid Simtudduror bersama puluhan para aktifis dakwah di wilayah setempat, diakhiri dengan penyampaian ceramah, lalu makan siang. Setelah ramah tamah beberapa lama, lalu kami melakukan Shalat Ashar berjamaah dan lalu menuju Masjid Kampung Jawa, di sana masyarakat telah menunggu karena telah diumumkan seminggu sebelumnya. Pembacaan maulid singkat, lalu saya menyampaikan ceramah dengan dihadiri wakil ketua pendeta Hindu setempat.
Perlu diketahui bahwa wilayah Bali adalah wilayah non muslim terbesar di Indonesia, yaitu jumlah muslimin hanya mencapai 2,5% dari jumlah total penduduk Bali. Oleh sebab itu hubungan dengan para pendeta hindu sangat perlu dijalin, mengingat kerisauan atas tekanan kaum hindu kepada muslimin akan berkurang dan berkurang, sebagaimana di beberapa tempat tekanan masih sering terjadi. Misalnya bila menara masjid lebih tinggi dari menara “Pura” maka menara masjid akan dirobohkan, dan pelarangan adzan dengan pengeras suara di banyak tempat, atau kewajiban mematikan lampu saat hari nyepi, bila ada rumah muslim yang masih menyalakan walau lilin maka akan hancur dilempari.
Mereka memiliki pasukan adat, yang dikenal dengan nama laskar hindu, pasukan adat ini lebih disegani dari militer, dan mereka berhak mengatur diatas militer karena merupakan pasukan adat. Dan masih banyak keluhan-keluhan lain dari muslimin di sana, namun hal itu dapat diredam dengan menjalin hubungan baik dengan para “Pedande” (pendeta) Hindu. Wakil pimpinan Pedande Bali ini rupanya ramah, dan ia pun sering hadir di majelis-majelis menemani kedatangan para Ulama dari luar Bali, ia mengenal ucapan “Insya Allah”, Alaikumsalam, Bismillah, dan ucapan-ucapan muslim lainnya. semoga Allah memberinya hidayah.
Selesai majelis kami meneruskan ramah tamah di kediaman Haji Khalid yang merupakan Aktifis dakwah di wilayah tersebut. Kami di kediaman beliau hingga waktu magrib, lalu shalat magrib berjamaah dan isya, lalu menuju Masjid Agung Sudirman. Inilah acara puncak, berpadu puluhan majelis taklim yang memang telah diundang untuk menghadiri silaturahmi akbar. Majelis dipimpin oleh Hb. Fahmi Alkhanaiman yang memang satu satunya habib yang paling gigih menegakkan dakwah di wilayah Denpasar dan sekitarnya. Acara selesai pkl 23.00 WITA.
Kami menuju tempat peristirahatan di sebuah Villa besar yang dilengkapi kolam renang dan taman, kabarnya milik seorang Pakistan yang memang selalu meminjamkan Villanya untuk para tamu dari luar Bali. Kami duduk beramah tamah dengan kunjungan para Kyai, ustaz dan tokoh masyarakat yang silih berganti, ada yang bertanya, minta dan khususnya adalah laporan dalam kendala Dakwah di wilayah masing-masing serta dimusyawarahkan. Pkl 02.00 dini hari saya masuk ruangan istirahat tuk menanti subuh.
Dini hari, Ahad 27 Mei 2007, kami shalat Subuh berjamaah di Musholla Annikmah, diteruskan dengan kuliah subuh hingga menjelang Isyraq. Kami kembali ke Villa untuk bersiap-siap menuju Kediaman Hb. Talib Assegaf di Klungkung, beliau adalah seorang aktifis dakwah di wilayahnya yang gemar mendatangkan para da’i dari luar Bali. Kami menghadiri jamuan makan pagi bersama 3 mobil lainnya. Rumah itupun sarat dengan jamaah. Lalu perjalanan diteruskan ziarah ke Makam Assayyid Alhabib Ali Alhamid di Kusambe, sekitar 30 km dari Denpasar. Di tempat itu kami bertemu pula dengan rombongan Hb. Fahmi Khanaiman, maka semakin semaraklah ziarah itu. Kemudian bersama-sama menuju Ma’had di Kusambe, pesantren yang belum lama dibuka itu telah dipenuhi santri-santri. Kami disambut dengan Maulid Dhiya’ullami oleh para santri. Lalu saya menyampaikan mau’idhah hasanah dan diakhiri dengan ijazah Sanad Shahih Bukhari, Hadits Rahmah, dan Hadits mahabbah.
Perjalanan diteruskan ke kediaman Hb. Segaf Asegaf yang juga di Klungkung untuk jamuan makan siang, lalu hawa yang sangat panas terik itu mengundang kami tuk beristirahat di wilayah Padang Bay, yaitu pelabuhan Bali. Kami beristirahat di sebuah penginapan selama 60 menit, waktu yang sangat singkat, saya mandi sebentar lalu menjatuhkan tubuh dipembaringan, masya Allah... perjalanan yang sangat melelahkan dan tak ada istirahat dalam beberapa hari sebelumnya, karena memang saya pada hari kamis dan jumat di Kualalumpur dengan jadwal yang padat pula, jumat di jakarta dan sabtu berangkat ke Denpasar, uh… sangat teramat lelah... acara akan dimulai ba’da asar, saya punya waktu 40 menit saja.
Tubuh saya rebahkan dan tertidur lelap....
Subhanallah, saya terbangun dan sangat ketakutan, karena terasa tidur sudah sangat lama sekali, bagaikan tidur 5 atau 6 jam. Namun ketika saya lihat jam ternyata hanya 20 menit, subhanallah… sungguh tidur yang sangat puas, Allah beri kekuatan walau hanya 20 menit namun terasa sangat lama.
Saya mandi bergegas dan waktu sudah saatnya kembali ke Klungkung. kami sempat shalat asar lalu segera bergegas ke klungkung untuk menghadiri majelis taklim Khairunnisa. Majelis untuk kaum Nisa di kediaman Hb. Segaf.
Menjelang Magrib kami bergegas ke Denpasar untuk menuju majelis terakhir ba'da Isya yaitu di Musholla Nurul Iman, acara selesai pkl 21.00 WITA. Lalu kami menuju Bandara Ngurah Rai untuk Boarding sambil beramah tamah. Peluk tangis perpisahan tak terelakkan lagi, saya segera mempercepat langkah karena tak tahan menahan air mata perpisahan dengan mereka. Pesawat Lion Air tertunda sangat lama, maka pkl 23.30 WITA kami meluncur kembali ke Jakarta.
Lampu bergemerlap di atas Bumi Denpasar yang ku saksikan dari jendela pesawat saat lepas landas sangat indah, bagaikan ucapan salam perpisahan yang mengharukan, dalam beberapa detik saja gemerlap lampu itu berubah menjadi gelap gulitanya laut Bali sangat mencekam. Entah telah berapa banyak jiwa para da’i yang mengunjungi pulau ini untuk mengenalkan tauhid, entah mereka kembali atau menetap di sana, entah mereka selamat atau celaka dan syahid.
Namun satu munajat yang ku hembuskan dalam nafasku di atas laut Bali… Rabbiy… jadikan pulau ini pulau tauhid, pulau muslimin, runtuhkan patung-patung berhala penyembahan pada selain Mu di atas bumi yang milik Mu ini… jadikan pulau ini pulau sujud… penduduk yang berdzikir, tolonglah muslimin muslimat di sana…
Rabbiy... mereka telah bersabar hidup ditengah-tengah kekufuran demi dakwah, mereka menahan diri dari hewan-hewan Babi yang berkeliaran mengotori halaman rumah mereka dan mengotori anak-anak mereka, mereka bersabar dan bersusah payah mencari makanan yang halal demi keridhoan Mu dan menghindari apa-apa yang kau haramkan… Rabbiy… padahal bumi itu milik Mu…
Rabbiy… tolonglah mereka, curahkan inayah Mu atas mereka, pastikan mereka wafat dalam husnul khatimah, jadikan setiap kejapnya curahan hidayah dan taufiq atas mereka yang masih menyembah selain Mu di sana… jadikan setiap detik ada di antara mereka yang bersyahadat dan memeluk islam.. doa munajat kami siang dan malam atas wilayah ini agar segera dihujani hidayah dan Tauhid, amiin… amiin...
Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI
"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)
Sabtu, 08 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar