"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Sabtu, 08 Oktober 2011

31. Lirboyo Kediri dan Langitan Tuban

- - - Ayahanda Kyai Idris yang sudah sepuh, dengan akhlak luhur dan mulia sudah menanti di depan pintu kediaman beliau, bersama sambutan hadroh santri dengan Thala’al badru alaina. Sungguh akhlak Rasul saw yang jelas terlihat dari kyai sepuh ini, tidak selayaknya beliau yang sepuh turut keluar menyambut hamba yang masih sangat muda, namun hal itu merupakan cermin budi pekerti Rasul saw dari beliau yang memimpin ratusan ribu santri yang sudah alumni dan masih nyantri ini. - - -


Dari www.majelisrasulullah.org
Ditulis oleh: Habib Munzir al Musawa
Senin, 10 Januari 2011, selepas majelis kita di Almunawar, kami sudah siaga, Munzir Almusawa, Saeful Zahri, Muhammad Ruhiy, KH Ahmad baihaqi, dan Muhammad Ainiy. Walau hati hamba masih ragu, untuk menuju kediri silaturahmi sekaligus mengundang Ayahanda KH Idris Marzuqi (Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri) untuk hadir pada acara Maulid Akbar Majelis Rasulullah saw di Monas pada 15 februari 2011 (12 rabiul awal 1432 H) dan sekaligus perjalanan untuk menghadiri undangan Haul Akbar tahunan di Pesantren Langitan, Tuban, oleh ayahanda KH Abdullah Faqih, sekaligus mengundang beliau pula untuk hadir ke maulid akbar kita tersebut.
Hati hamba masih ragu, apakah perjalanan ditempuh dengan kendaraan atau dengan pesawat pada hari Rabu pagi. Keraguan hati berubah menjadi kemantapan setelah selesai majelis di Almunawar, pkl 23.00wib kami memutuskan untuk meluncur dengan kendaraan pribadi, dengan perjalanan malam menuju Semarang sekitar 500 km.
Sepanjang perjalanan dalam lindungan Allah swt dan segala puji bagi Nya swt hingga kami tidak menemui hambatan sepanjang perjalanan. Namun hujan deras mengguyur kami hampir sepanjang perjalanan membuat perjalanan tidak selalu bisa dengan kecepatan tinggi. Kami berhenti beberapa kali, yaitu untuk mengisi bensin di awal pemberhentian Tol Cikampek, lalu kami meneruskan perjalanan dan berhenti untuk makan malam di Restoran Sabar Jaya yang tidak jauh dari selepas keluar Tol Cikampek dan beristirahat sejenak, lalu meneruskan perjalanan. Kami Shalat Subuh dan sarapan pagi dan beristirahat di Restoran Pringsewu, lalu meneruskan perjalanan menuju Semarang. Pagi selasa, 11 januari 2011 pada pkl 7.30 wib kami tiba di Semarang.
Kami beristirahat di penginapan sampai magrib. Ketika adzan magrib kami Shalat Jamak Qashr Magrib dan Isya, lalu meneruskan perjalanan menuju Kediri, ditempuh dengan jarak sekitar 320 km. Kami mengarah jalur solo, namun tersesat ke jalur alternatif karena tertipu arah panah penunjuk jalan, tanpa kami ketahui bahwa jalan itu adalah jalan alternatif melewati gunung dan jalan kecil melewati karanggede. Lalu melewati Sragen, lalu Maringan, lalu Ngawi, dan dari Ngawi kami kembali salah jalan karena tertipu arah penunjuk jalan, kami masuk jalur alternatif melewati Padas, Karangjati, Caruban, baru kami menemui jalur jalan besar, menuju Kertosono dan kemudian menuju Kediri. Perjalanan sekitar 320 km Semarang Kediri pun kami dalam lindungan Allah swt, perjalanan lancar penuh pertolongan Allah swt dan segala Puji bagi Nya swt, dan hujan sering turun mengguyur di perjalanan. Kami tiba di Kediri pkl 23.00 WIB. kami beristirahat dan makan malam di penginapan.

Lirboyo Kediri
Rabu, 12 januari 2011, sore pk 15.30 wib, selepas Shalat Ashar dengan jamak ta’khir dengan dhuhur, dan waktu setempat lebih maju beberapa belas menit dari waktu shalat di Jakarta, kami menuju Lirboyo, silaturahmi pada Ayahanda Kyai Idris, yang dikenal dengan Mbah Yai Idris Lirboyo, pimpinan Pondok Pesantren yang merupakan salah satu dari ponpes terbesar di Indonesia, dengan santri pondok sebanyak 9.000 santri putra, dan ribuan santri putri, dan santri setempat menjadikan pesantren ini memiliki santri puluhan ribu, dan terus menyebarkan ribuan alumni setiap tahunnya ke penjuru Nusantara.
Ayahanda Kyai Idris yang sudah sepuh, dengan akhlak luhur dan mulia sudah menanti di depan pintu kediaman beliau, bersama sambutan hadroh santri dengan Thala’al badru alaina. Sungguh akhlak Rasul saw yang jelas terlihat dari kyai sepuh ini, tidak selayaknya beliau yang sepuh turut keluar menyambut hamba yang masih sangat muda, namun hal itu merupakan cermin budi pekerti Rasul saw dari beliau yang memimpin ratusan ribu santri yang sudah alumni dan masih nyantri ini.
Hamba dan kawan-kawan dipersilahkan masuk, dengan jamuan jamuan makanan ringan, ramah tamah dengan keponakan-keponakan beliau dan guru-guru, lalu dalam ramah tamah beliau menyampaikan undangan untuk kehadiran hamba pada 9 Sya’ban 1432 H, tepatnya Juli 2011, untuk acara akbar tahunan Pesantren Lirboyo, berupa acara penutupan, yang selepasnya adalah liburan santri.
Hamba pun mengajukan undangan maulid akbar kita, insya Allah 15 Februari 2011/12 rabiul awal 1432 H. Hamba sedikit kaku berhadapan dengan kyai sepuh dan berakhlak luhur ini. Lalu kami dipersilahkan menuju jamuan makan yang sudah disiapkan. Kaget pula hamba dan terpesona karena semua hidangan adalah yang sering hamba memakannya, yaitu sari buah asli, sate, dan sop, serta roti maryam, disertai lontong dan nasi, dan ramah tamah berlangsung.
Ternyata ibunda santri, yaitu istri beliau, telah menghubungi KH Ahmad Baihaqi yang alumni Lirboyo, menanyakan apa makanan dan minuman yang disukai hamba. KH Ahmad baihaqi tak bisa menjawab karena hamba tidak mempunyai makanan kesukaan, namun ia hanya menyebut yang sering hamba makan/minum saja, maka disediakanlah makanan dan minuman tersebut, subhanallah... keluarga nabawiy, kyai sepuh dan istri yang penuh keluhuran akhlak mulia Sang Nabi saw.
Dalam ramah tamah dan jamuan makan tersebut, ayahanda Kyai Idris menjelaskan bahwa setiap ramadhan, beliau mengutus 1.000 santri untuk keluar ke wilayah berdakwah, sampai ke sumatera dan lain lain untuk mengajari penduduk di wilayah, hukum-hukum shalat, puasa, dan lain lain yang sebagian kaum muslimin dipelosok belum memahaminya, subhanallah….
Selanjutnya jamuan terakhir berupa minuman semacam kopi susu obat, dikirim dari Malaysia untuk beliau, dan dihidangkan pula untuk hamba.
Selepas beberapa menit hamba pun pamitan, sudah cukup hamba menyita waktu kyai sepuh ini. Hamba menyampaikan bahwa hamba ingin mengundang beliau, namun bingung bagaimana caranya, hamba ingin mengutus utusan saja, karena tak ingin mengganggu dan menyita waktu beliau dengan kunjungan hamba. Namun terasa tidak sopan, maka hamba ingin langsung datang sendiri, namun risau mengganggu istirahat dan waktu ibadah beliau. Akhirnya hamba memutuskan untuk datang langsung, dengan waktu kunjungan yang hamba persempit sesempit mungkin, namun ternyata jamuan jamuan beliau sangat luar biasa.
Hamba pamitan, dengan perasaan bagaikan menemukan ayah, hamba mencium tangan beliau berkali-kali, dan mohon pamit, hamba tidak menyebut bahwa hamba setelah ini akan ziarah ke makam Almarhum Gus Maksum Al Jauhari yang juga kyai sepuh Lirboyo. Maksud hamba tidak ingin menyita waktu beliau pula, namun ketika kendaraan hamba mengarah ke makam, rupanya Ayahanda Kyai Sepuh bertanya, “Habib mau kemana?” Ketika dijelaskan akan ziarah, maka beliau segera naik kendaraan pribadi beliau menyusul untuk ziarah pula. Hamba semakin malu dengan budi pekerti luhur ini, beliau yang sudah sepuh memaksakan diri keluar menuju makam pula. Kami berziarah bersama dan kemudian hamba diminta KH Ahmad Baihaqi kunjung pada kediaman Gus Bidin, salah seorang penerus Alm Gus Maksum Aljauhari di Ponpes Lirboyo, maka hamba setuju, dan itupun ayahanda Kyai sepuh turut menemani pula.
Hamba semakin risau dan bingung dengan akhlak ayahanda kyai sepuh ini, kemudian hamba pamitan dan kembali mencium tangan beliau dengan nikmat dan kembali ke Kediri, dan beliau saat hamba sudah di kendaraan, memanggil KH Ahmad Baihaqi dan menanyakan tentang rencana kehadiran beliau di Maulid Akbar kita di monas, bahwa beliau sangat berkenan hadir, bahkan melalui hubungan telepon dengan Habib Ahmad Bahar, beliau mengatakan, “Insya Allah saya akan hadir di acara Maulid Akbar Majelis Rasulullah saw, dan insya Allah akan hadir walaupun sedang sakit.” Subhanallah....
Wahai Allah, panjangkan usia beliau dan istri, limpahi kesehatan dan afiah sempurna, jadikan niat luhur hamba dan beliau agar beliau dapat hadir di maulid akbar kami, limpahi keberkahan pada beliau dan keluarga, juga atas pesantren mulia ini, agar menjadi benteng Rasulullah saw, yang terus menelurkan ribuan alumni setiap tahunnya. Hamba kembali ke Kediri.

Langitan Tuban
Kamis, 13 januari 2011, pkl 10.00 kami meluncur dari Kediri menuju Pesantren Langitan, wilayah Babat, kabupaten Tuban, Jawa timur, pimpinan ayahanda KH Abdullah Faqih. Perjalanan lancar dengan jarak tempuh sekitar 160 km, pukul 11.20 kami sudah tiba di Babat, namun karena macetnya lalu lintas sebab ratusan kendaraan yang menuju lokasi acara di Pesantren Langitan, kami baru tiba di lokasi haul pukul 12.30wib.
Sambutan hangat dan desakan massa yang bersalaman tak bisa dihindari, Satpol PP, kepolisian, bahkan staf angkatan darat dari Kodim pun kepayahan menertibkan desakan massa yang ingin bersalaman. Hamba sudah kepayahan melewati desakan itu. Tiba-tiba semua desakan hilang, semua mundur dan menjauh, demikian pula para aparat. Hamba yang masih terhuyung-huyung terkena desakan massa menjadi kaget dan bertanya-tanya, mereka semua menghindar mundur dan menghilang, hamba berdiri sendiri ditemani beberapa kyai dan putra ayahanda Mbah Yai Abdullah Faqih, maka putra beliau berkata, “Silahkan Habib, ayahanda yai menanti habib.”
Hamba lihat sosok sederhana dengan wajah bercahaya dan penuh wibawa dan sangat rendah hati berdiri di hadapan hamba. Hamba mencium tangannya dan beliau memeluk hamba. Dalam hati hamba baru bisa menjawab, “Ooo... inilah yang membuat desakan massa kabur menghilang, kewibawaan ayahanda kyai sepuh ini membuat mereka lari menghindar. Subhanallah….
Hamba digandeng akrab oleh beliau untuk masuk ke kediaman beliau. Kyai sepuh mendudukkan hamba di sebelah beliau. Lalu setelah duduk sejenak, hamba dipersilahkan makan siang yang sudah disiapkan di rumah sebelah, Yai Sepuh Ayahanda KH Abdullah Faqih sangat tawadhu (rendah hati), namun sangat karismatik dan berwibawa. Tak satupun orang yang berdesakan berani menyalaminya kecuali para kyai sepuh.
Hamba masuk ke rumah sebelah untuk makan siang bersama teman-teman sekendaraan dari Jakarta, lalu Shalat Dhuhur jamak taqdim dengan ashar, lalu hamba duduk saja dirumah itu. Hamba merasa tidak pantas duduk di kediaman kyai sepuh bersama para ulama sepuh. Sampai acara dimulai, hamba dipersilahkan masuk, hamba duduk sengaja sangat ke pinggir namun putra-putra yai sepuh yaitu KH abdullah bin Abdullah Faqih, dan KH Ubaidillah bin Abdullah Faqih, dengan sangat ramah dan penuh hormat meminta hamba duduk di depan dan di tengah. Hamba jadi salah tingkah, lebih lagi ketika Kyai Sepuh Ayahanda KH Abdullah Faqih memasuki pendopo, ruangan acara yang dipenuhi ratusan kyai sepuh dan habaib itu sudah berusia ratusan tahun, dan sangat sejuk penuh sakinah.
Ayahanda KH Abdullah Faqih tidak memilih duduk terlalu ditengah, tapi memilih duduk disebelah hamba. Semakin tercekik hati ini dengan perasaan malu duduk di sebelah beliau.
Acara demi acara berlangsung, sampai waktu untuk tausiyah-tausiyah. Ketika hamba belum menyampaikan tausiyah hamba bertanya pada putra yai sepuh, “Berapa lama waktu saya ceramah?”
Dijawab dengan lembut dan penuh hormat, “Terserah habib.”
Hamba kembali bertanya, “Biasanya?”
Maka beliau menjawab, “Antara 20-30 menit.”
Maka ketika hamba menyampaikan tausiyah, diakhiri dengan zikir jalalah bersama, hamba selesaikan sebelum 30 menit.
Sebelum hamba memasuki pendopo, hamba bertanya pada putra beliau, yaitu Gus Abdullah, bahwa hamba minta waktu bicara empat mata dengan Kyai sepuh setelah tausiyah. Maka beliau mengatakan akan menyampaikannya pada ayahanda beliau.
Selepas hamba tausiyah, maka masih menanti kedatangan penceramah terakhir, dan putra beliau mendekati beliau dan berkata bahwa habib minta waktu bicara empat mata. Maka dengan serta merta kyai sepuh tak lagi berfikir panjang, beliau langsung berdiri dan meninggalkan pendopo, mempersilahkan hamba masuk ke rumah untuk memenuhi permintaan hamba, maka acarapun ditutup. Bagi mereka jika Kyai sepuh sudah berdiri dari duduknya maka tanda acara selesai. Para kyai tak sepuh tak berani berdiri sebelum Kyai sepuh meninggalkan pendopo, setelah itu barulah mereka sebagian mulai berdiri dan bubar. Sungguh luar biasa tata krama adab penghormatan pada ulama sepuh yang hamba temukan di sana.
Hamba duduk berdua dengan Kyai sepuh Ayahanda KH Abdullah Faqih, beliau mempersilahkan dengan hormat hamba duduk di sebelahnya. Hamba menyampaikan undangan untuk beliau dan sangat berharap kehadiran beliau di acara Maulid Akbar Majelis Rasulullah saw di Monas, 12 Rabiul Awal 1432H/Selasa pagi, 15 Februari 2011.
Beliau langsung mengulangi ucapan dengan penuh semangat, “Kapan...? Kapan...?”
Hamba mengulangi tanggal dan jam acara, lalu menyerahkan undangannya. Beliau berkata, “Insya Allah saya hadir.”
Lalu para kyai sepuh mulai berdatangan, hambapun bersimpuh mencium paha beliau dan pamitan. Beliau tampak gemetar dan serba salah untuk berusaha menolak perbuatan penghormatan hamba, namun karena beliau sudah sepuh maka tak mampu menolak perbuatan hamba. Lalu hamba mundur untuk undur diri dan pamitan. Lalu diiringi oleh kedua putra beliau dan bersatu dengan para aparat kemanan menertibkan serbuan massa yang lebih dahsyat dari kedatangan. Dalam gelombang serbuan ummat itu hamba sempat melirik beberapa pemuda memakai Jaket Majelis Rasulullah saw... subhanallah... mereka disinipun sudah ada.
Kembali Ke Jakarta
Hamba menuju mobil dan langsung meneruskan perjalanan menuju pulang, melewati Tuban, Rembang. Direncanakan hamba tiba pada waktu magrib di Semarang, dan pukul 21.00 wib sudah di Pekalongan. Namun apa daya, hujan deras melanda, lalu jalur Pati-Kudus ditutup karena banjir. Ratusan truk besar dan lain-lain parkir tak bergerak.
Ketika kami bertanya pada masyarakat, mereka menunjukkan jalan alternatif menuju semarang dengan lintas Purwodadi. Kamipun menempuhnya, jalan kecil, berliku liku, dan rusak, pula dilalui truk truk besar dan kontainer dan lain-lain hingga padat merayap. Waktu tak lagi bisa diprediksi, maka dengan sangat letih kami baru tiba di semarang pukul 23.00 wib. Kami tak mampu meneruskan ke pekalongan karena semua sudah kelelahan. Kami beristirahat di penginapan, dan hamba pun drop, hamba baru bisa meluncur dari keesokan harinya selepas magrib.
Jumat 14 januari 2011, selepas Shalat Magrib dan Isya dengan jamak, kami meluncur menuju pulang. Hujan deras dan padat merayap terus menghambat kecepatan laju kendaraan. Kami tiba di Jakarta pukul 3.00 dinihari Sabtu 15 Januari 2011.
Saya melirik hitungan kilometer di kendaraan yang sengaja di-nol-kan saat meluncur dari Lirboyo, hitungan kilometer berakhir pada angka 889 km di batas Kota Jakarta. Berkisar 2.000 km perjalanan jauh ini, untuk menjumpai dua sosok ulama besar yang shalih, luas ilmu, dan berakhlak luhur, lembut, dan cermin budi pekerti Rasul saw.
Melalui percakapan telepon dengan Habib Ahmad Bahar, Ayahanda KH Abdullah Faqih sangat malu karena hamba langsung pulang. Beliau mengira hamba istirahat dulu di kediaman putra beliau di sebelah kediaman beliau. Beliau menyusul untuk menemui hamba kembali ke rumah sebelah. Namun dikatakan hamba sudah langsung pulang, beliau sempat kaget dan menyesal. Beliau masih ingin duduk bercengkerama dengan hamba, namun sungguh hamba mengetahui betapa lelahnya beliau menghadapi acara akbar di Ponpes beliau dan beliau menjanjikan pada Habib Ahmad Bahar untuk insya Allah konfirm hadir di acara akbar, Monas, 12 Rabiul awal 1432 H bersama Majelis Rasulullah saw.
Kabar tentang rencana kedatangan Ayahanda KH Abdullah Faqih dan Ayahanda KH Idris Lirboyo ke acara Majelis Rasulullah saw di monas cepat tersebar. Puluhan telpon terus menghujani kontak person di Jakarta. Mereka dari banyak wilayah, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, Banjarmasin, Banten, dan banyak lagi, akan berduyun duyun menuju Ibu Kota pada 15 februari 2011 untuk menghadiri acara Maulid Akbar Majelis Rasulullah saw di Monas.
Wahai Allah, panjangkanlah usia ayahanda KH Abdullah Faqih dan ayahanda KH Idris Lirboyo, dalam afiah dan rahmat dan keberkahan, juga para ulama, habaib, dan semua para khalifah penerus Rasul saw dibarat dan timur, amiin.
Wahai Allah, sukseskan acara kami di Monas, tanpa panas, tanpa hujan, aman, tertib, sakinah, dan luhur 12 Rabiul Awal 1432 H, sebagai hari doa di peringatan kelahiran Rasul saw, hari hijrah Rasul saw, dan hari wafat Rasul saw, jadikan Majelis Akbar ini sebagai maulid terbesar di dunia, yang berdzikir padanya 1000X dzikir Ya Allah, bersama jutaan muslimin muslimat, para ulama, umara, tanpa panas, tanpa hujan, sejuk, aman, tertib, sakinah, damai, luhur dan menjadi Fatah pembuka seluruh pintu rahmat Mu dihari mendatang bagi kami, bagi kota Jakarta, bagi bangsa kami, dan seluruh muslimin di barat dan timur, dunia dan akhirat, amiin.
Wahai Tuhan Pemilik hamba pendosa ini, jika acara ini sukses, hamba telah ridho jika kau panggil menghadap Mu, berpindah ke alam barzakh, hamba risau tak mampu meneruskan tanggungjawab luhur ini. Hamba terlalu hina untuk memimpin ummat, maka hamba ridho untuk diwafatkan. Jika keberadaan hamba di dunia akan membuat hamba salah langkah dalam menjalankan tanggungjawab dan tugas.. maka wafat lebih hamba pilih.
Namun jika Engkau Yang Maha Suci belum berkenan, maka hamba ridho atas keputusan Mu, namun hamba memejamkan mata atas apa yang hamba hadapi dari tantangan dan tanggungjawab yang semakin berat, tugas yang makin berbahaya.. maka kasihanilah hamba.
Hidup dan mati hamba, jiwa dan raga hamba, adalah demi bakti pada Guru Mulia hamba (Habib Umar bin Hafidz), dan bakti hamba pada guru mulia hamba adalah demi bakti hamba pada Rasul saw, dan bakti hamba pada Rasul saw adalah demi bakti hamba kepada Mu Wahai Yang Maha Kurindukan.
Wahai Yang Maha Mendengar dan Mendalami perasaan hamba, kasihanilah jeritan kerinduan hati pendosa ini pada Mu dan pada kekasih Mu Muhammad saw. Hampir membuat dada hamba meledak pecah karena tak lagi mampu menahannya. Maka kasihanilah hamba wahai Tuanku Yang Maha Luhur.
Kutitipkan seluruh Jamaaah Majelis Rasulullah saw di genggaman kelembutan Mu Yang Maha Berkasih sayang, lalu terserah pada Mu, apakah akan mengembalikan Nya pada pundak hamba pendosa ini, atau pada hamba Mu yang lebih luhur... layaknya Engkau memberikannya pada hamba yang lebih mulia, bertanggungjawab, lembut, bijaksana, shalih, cerdik, luas ilmu... bukan pada si bodoh pendosa ini wahai Yang Maha Kurindukan.
Kubisikkan ucapan nama Mu yang terindah, Yang Berpadu pada Nama Mu segala nama hamba Mu yang merindukan Mu, mengalir air mata mereka pada samudera kerinduan pada Mu yang menjadi saksi abadi atas kerinduan mereka pada Mu. Benamkan hamba pendosa ini di dalamnya, tenggelam dalam lautan rindu… lepas dari segala selain Mu.. amiin.. Yaa Allah.
Allah swt berfirman pada Nabi Dawud as, “Wahai Dawud, kalau saja para pendosa itu tahu betapa rindu Ku pada kembalinya mereka pada keridhoan Ku, betapa Cinta Ku untuk mereka jika ingin bertobat, dan betapa hangat sambutan kasih sayang Ku jika mereka ingin meninggalkan kemungkaran, niscaya mereka akan mati dan terbang ruh nya kepada Ku karena Rindu pada Ku. Wahai Dawud, itulah perbuatan Ku pada mereka yang berpaling dari Ku jika ingin kembali, bagaimana sambutan Ku pada mereka yang merindukan Ku?”
Sabda Rasulullah saw, “Jika penduduk sorga telah masuk sorga, maka berfirman Allah swt Yang Maha luhur kemuliaan Nya, ‘ingin kah kalian kutambahkan sesuatu lagi?’, maka mereka berkata, ‘Bukankah telah Kau jernihkan wajah kami dan membuat wajah kami bercahaya indah? Bukankah telah Kau masukkan kami ke sorga? Dan telah Kau selamatkan dari neraka?’, maka Rasul saw meneruskan, ‘Maka Allah membuka tabir yang menghalangi mereka dengan Allah swt, maka tiadalah mereka diberi suatu kenikmatan yang lebih mereka sukai dan nikmati dari memandang pada Tuhan mereka Yang Maha Agung dan Luhur’”. (Shahih Bukhari)
*Selesai ditulis, Pantai Anyer, Banten, Selasa 18 Januari 2011


Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI

0 komentar:

Posting Komentar