"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Sabtu, 08 Oktober 2011

30. Bengkalis Pulau Suci

- - - letak Bengkalis yang sangat dekat ke Malaka, namun mereka sangat menjaga diri dari kemaksiatan, sangat tak setuju dengan tempat-tempat maksiat, namun kehidupan mereka tidak terbelakang bahkan cukup berada. Indah sekali kalau masyarakat kita seperti itu, aman, beriman, dan makmur. Jelas-jelas terlihat makna ayat, “Kalau seandainya penduduk itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami tumpahkan keberkahan dari langit dan Bumi,
namun mereka mengingkari maka kami beri mereka balasan atas perbuatan mereka.” - - -


Dari www.majelisrasulullah.org
Ditulis oleh: Habib Munzir al Musawa
Minggu, 19 Agustus 2007
Keberangkatan kami 4 personil dari Tim Majelis Rasulullah saw, yaitu Munzir Almusawa, Ust. H. Syukron, Saudara Muhamad Qalby dan Saudara Muhamad Ainiy. Kami tiba di Bandara Riau disambut hangat oleh Ustaz Hanafi selaku bagian kerohanian dan panitia. Acara kami kali ini adalah tausiah dan dzikir dalam rangka merayakan hari jadi Kabupaten Bengkalis yang ke 495. Kami langsung diantar ke wisma bupati di Kota Riau untuk istirahat selama 50 menit. Lalu menuju salah satu rumah makan terbaik di Kota Riau sebagai jamuan makan siang dengan makanan khas Riau berupa udang besar, cumi, dan beragam santapan sea food lainnya yang luar biasa rasanya.
Siang itu kami pun menuju pelabuhan penyeberangan. Kami kaget melihat kendaraan menuju Pulau Bengkalis adalah Perahu Motor yang berkapasitas sekitar 20 personil, kursinya cukup bagus sebagaimana kursi bus luar kota, dan ruangannya ber-ac. Ternyata ongkosnya cukup mahal yaitu Rp 125.000/orangnya. Perahu motor itu pun meluncur, semakin cepat dan semakin cepat. Ternyata kecepatannya menyamai kendaraan bermotor, sekitar 80km/jam. Kami menikmati perjalanan ini yang memang asing bagi kami, dan ternyata cukup melelahkan karena memakan waktu sekitar 4 jam.
Kami tiba di pulau Bengkalis, pulau yang cukup kaya dan makmur, mewah dan orang-orangnya ramah dan bahasa mereka adalah Melayu, tampak adat ketimuran yang rendah hati dan sopan masih jelas terlihat, dari cara berpakaian yang sangat sopan, kaum pria dan wanitanya tidak kami lihat yang berpakaian seronok dan melanggar norma kesopanan. Ternyata pulau ini lebih tepat dinamai pulau suci, karena tidak ada diskotek disini, tidak pula bar, bioskop apalagi tempat prostitusi, namun mereka cukup berada, terlihat dari mobil-mobil dinas fihak Bupati yang merupakan mobil-mobil baru dari jenis menengah keatas yang bertebaran begitu saja di pelabuhan untuk menjemput para tamu.
Malam itu acara demi acara berlanjut. Tidak luput sambutan Bupati Bengkalis Bpk. H. Syamsurizal yang sangat santun dan hormat kepada kami. Acara diakhiri dengan tausiyah 30 menit, hadirin tampak antusias dan mulai keasyikan. Acara selesai dengan diakhiri kenduri adat, yaitu jamuan makan malam di rumah adat dan kami sempat beramah tamah dengan bupati yang memang sangat ramah, juga wakapolres yang juga ramah, dan dewan kerohanian islam yang kesemuanya menggunakan pakaian adat yang serupa dengan pakaian adat melayu.
Keesokan harinya yaitu selepas shalat Jumat kami kembali berjumpa untuk acara kami yang terakhir, yaitu dzikir bersama. Sebagaimana kebiasaan mereka adalah dzikir yang dipimpin Ustaz Arifin Ilham, namun kali ini kami mengawalinya dengan pembacaan Maulid Dhiya’ullami. Lalu bupati meminta Tausiyah lagi, tampaknya beliau dan para dewan ulama setempat sepakat untuk mendengarkan lagi tausiyah dan belum puas dengan penyampaian semalam, Maka terpaksa tausiyah digabung dengan Dzikir Jalaalah (Yaa Allah.. Yaa Allah..) dan diakhiri doa.
Tangis hadirin terlihat jelas membekas selepas acara selesai menjelang magrib… sabtu pagi kami kembali mengarungi sungai menuju Riau, dan sore itu kami telah tiba di Jakarta. Satu hal yang sangat menarik adalah letak Bengkalis yang sangat dekat ke Malaka, namun mereka sangat menjaga diri dari kemaksiatan, sangat tak setuju dengan tempat-tempat maksiat, namun kehidupan mereka tidak terbelakang bahkan cukup berada.
Indah sekali kalau masyarakat kita seperti itu, aman, beriman, dan makmur. Jelas-jelas terlihat makna ayat, “Kalau seandainya penduduk itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami tumpahkan keberkahan dari langit dan Bumi, namun mereka mengingkari maka kami beri mereka balasan atas perbuatan mereka.” Belum pernah saya melihat suatu wilayah di Indonesia yang seperti ini dalam keterjagaannya dari tempat maksiat, terlihat sangat aman walaupun keadaannya cukup dikatakan berada dan berkecukupan.
Namun ada hal yang mengganjal di hati saya, kenapa Bengkalis tak diadakan bandar udara? Hingga semua kedatangan dan kepergian terkunci oleh perahu motor? Padahal mereka sangat mampu untuk mengadakannya? Ketika pertanyaan ini saya ajukan pada salah satu dari penduduk setempat mereka menjawab dengan jawaban ringkas, “Orang Bengkalis lebih senang naik perahu motor daripada pesawat udara, karena kami merasa lebih aman di atas perahu motor walau lambat.” Mmh… jawaban ini menunjukkan jiwa yang tak terlalu perduli dengan “waktu adalah uang”, namun dengan itu mereka dilimpahi keberkahan. Tidak ada orang miskin pengemis di sana, masya Allah….

Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI

0 komentar:

Posting Komentar