"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Sabtu, 08 Oktober 2011

26. Sekilas Kabar Dakwah di Malaysia

- - - Perlis adalah salah satu wilayah gerakan wahabi terbesar di Malaysia…. Maka saya berbicara dengan lembut pada Ustaz Yusainiy, saya tak risau ditangkap, karena saya akan menghubungi pihak Mabes Polri di Jakarta untuk meminta pihak Mabes Polri menjamin kebersihan dakwah saya di bawah jaminan Mabes Polri. Namun tampaknya para pemuda kita di sana risau dan tak ingin sesuatu menimpa saya, maka majelis dibatalkan. - - -


Dari www.majelisrasulullah.org
Ditulis oleh: Habib Munzir al Musawa
20 November 2007
Selasa, 13 november 2007, saya tiba bersama Muhammad Qalby di Bandara Kualalumpur, sebagai Ibu Kota Negara Malaysia. Dalam ketibaan kami di bandara kami hanya beberapa menit saja di bandara karena telah ditunggu pesawat berikutnya untuk menuju Pulau Penang. Kami pun bersatu dengan rombongan dari Huraidhah Hadramaut, yaitu yang dimuliakan Allah Al Arif billah Assayyid Alhabib Abdullah bin Ali bin Salim Alattas (Munsib Alattas), yang didampingi oleh putra beliau Muhammad bin Abdullah dan Sayyid Abdurrahman Aljunaid dari Tarim Hadramaut.
Sungguh wajah sejuk Al Arif billah Al Habib Abdullah bin Ali bin Salim Alattas mengingatkan kita pada sabda Rasulullah saw, “Maukah kalian kuberitahu yang terbaik di antara kalian? Mereka adalah yang jika dilihat wajahnya akan membuat orang menjadi berdzikir dan ingat kepada Allah” (HR Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad). Wajah sejuk itu menyiratkan khusyu dan rendah hati pada sosok mulia ini. Beliau adalah pemegang sanad terkuat dan terdekat kepada Hujjatul Islam wa Barakatul Anam, Al Imam Umar bin Abdurrahman Alattas shohiburratib, yang merupakan guru dari Hujjatul Islam wa Barakatul Anam Al Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad shohiburratib.
Kami tiba di Pulau Penang disambut oleh para pemuda dan tokoh-tokoh ulama muda setempat dan lansung menuju Masjid Negeri di Penang, kami beristirahat beberapa jam di tempat yang disediakan di Masjid tersebut. Masjid yang sangat megah dan telah tersedia ruang istirahat tamu tamu besar, menunjukkan bahwa masjid ini sering dikunjungi tamu dari luar negeri. Kami pun beramah tamah dengan imam masjid setempat dan kemudian menuju masjid untuk melakukan Magrib berjamaah dan kemudian penceramah pertama adalah Prof. Doktor Dato’ Sayyid Aqil Al Mahdaliy, yang menjabat sebagai Rektor Universitas Insaniyah. Beliau adalah Alumni Universitas Ainussyams Al Azhar Cairo, dan kemudian saya sebagai pembicara terakhir. Acara ditutup dengan doa dan talqin dzikir oleh Al Arif Billah Assayyid Alhabib Abdullah bin Ali Alattas (Munsib Alattas Huraidhah, Hadramaut). Pembicaraan kami saat itu seputar sejarah Al Imam Hujjatul Islam wa Barakatul Anam, Al Hafidh Al Musnid Alhabib Abdullah bin Alwi Alhaddad Shohiburratib rahimahullah. Selepas acara kami meneruskan dengan makan malam di masjid tersebut dan kemudian menuju Kedah dan beristirahat.
Kedah
Selanjutnya, Rabu pagi 14 November 2007, kami mengadakan kunjungan ke Ma’had Al Aliy Littafaqquh fiddin, pimpinan Al Allamah Asseikh Fahmi Zam zamiy Al Banjary, seorang ulama termasyhur di wilayah Kedah dan beliau juga mempunyai pesantren pula di wilayah Banjar, Kalsel. Beliau adalah alumni dari Prof Dr Assayyid Al Allamah Al Musnid Alhabib Muhammad bin alwi Almalikiy, Makkah Al Mukarramah, seorang yang sangat Tawadhu dan mencintai Rasulullah saw, terlihat jelas dari wajah ratusan santri santrinya yang menyiratkan wajah-wajah cerah sebagai pencinta Rasulullah saw.
Kemudian kami mengunjungi Ma’had Tahfidhul Qur’an pimpinan Sayyid Zainal Abidin Alaydrus, beliau adalah seorang yang hafal Alqur’an, demikian pula kedua putrinya, demikian pula kedua putranya, luar biasa sekali beliau ini yang keluarganya adalah rumah tangga Alqur’an, saya diminta menyampaikan Taushiyah mengenai kemuliaan Alqur’an dan Ahlul Qur’an.
Sore itu kami menghadiri pula majelis di Majelis Taklim Darul Hadits, yang merupakan majelis para pemuda pemudi setempat. Saya diminta menyampaikan taushiyah menjelang keberangkatan ke majelis berikutnya. Kemudian kami menuju Musholla Al Hidayah, hadir sekitar 200 hadirin muslimin muslimat. Selepas majelis diakhiri dengan bermushofahahah (bersalaman bersama). Tiba-tiba seorang yang sudah lanjut usia memeluk saya seraya menangis, ia berkata, “Habib, terimakasih taushiyahnya, saya sudah 20 tahun mengamalkan wird Allatif dan Ratib Al Haddad, namun baru ini saya tahu kemuliaannya dan Ijazahnya.” Lalu kami kembali ke tempat peristirahatan.
Pagi, Kamis, 15 November 2007, kami menuju Ma’had Darul Muhajirin pimpinan Syeikh Khairul Anwar, merupakan suatu pesantren yang unik dan salafy, karena pesantren itu dibangun di tengah hutan. Dan pemandangan yang sangat menarik ketika kami tiba puluhan mobil telah memenuhi sekitar pesantren di tengah hutan itu, dan ratusan orang berpakaian surban dan jubah putih kabarnya telah menanti dari pagi hari subuh, sedangkan kami tiba pukul 10.30 waktu Malaysia. Taushiyah saya berakhir pada dekat waktu dhuhur, kami makan siang dan meneruskan perjalanan ke Perlis.
Perlis
Perlis adalah salah satu wilayah gerakan wahabi terbesar di Malaysia, Mufti (ketua ulama) terpilih di wilayah terebut adalah seorang muda yang sangat menentang salafusshalih, mencaci para wali dan memusyrikkan muslimin sebagaimana wahabi lainnya, namun ia tak ingin disebut sebagai wahabi, ia mengaku bermadzab Syafii tulen. Sebagian besar masyarakat muslimin setempat adalah ahlussunnah waljamaah, namun sebagaimana di negeri kita pun demikian, bahwa muslimin-muslimin tidak tanggap dalam hal-hal yang berbahaya yang dapat merusak akidah muslimin.
Acara direncanakan diadakan di surau pimpinan Assyeikh Al Fadhil Adda’i ilallah Ustaz Yusaini, seorang ulama muda yang sangat gigih menentang ajaran wahabiy di Perlis. Acara kami pun terdengar pada mufti, maka mufti mengeluarkan larangan dan menuduh majelis yang akan diadakan ini adalah majelis orang Syiah. Namun kegigihan Ustaz Yusainiy memperjelas profil kami membuat tuduhan itu tak beralasan. Lalu majelis difitnah pula sebagai majelis politik, namun tuduhan itu pun berhasil disanggah oleh Ustaz Yussaine. Namun ketika terlihat masyarakat muslimin menyambut hangat majelis akbar ini, maka fihak mufti mempermasalahkan izin masuk dari Imigrasi Malaysia, apakah saya mempunyai izin resmi untuk berdakwah di Malaysia dari Kerajaan Malaysia? Padahal bahwa tak pernah ada undang-undang pelarangan dakwah terkecuali yang berdakwah membawa kesesatan dan menentang kerajaan Malaysia.
Akhir keputusan adalah larangan mutlak dari fihak Perlis bagi saya untuk berbicara pada acara tersebut dan perintah penangkapan atas saya jika Ustaz Yussaine masih bersikeras mengajukan saya untuk menyampaikan taushiyah di Majelis Tablig Akbar tersebut. Maka saya berbicara dengan lembut pada Ustaz Yusainiy, saya tak risau ditangkap, karena saya akan menghubungi fihak Mabes Polri di Jakarta untuk meminta fihak Mabes Polri menjamin kebersihan dakwah saya di bawah jaminan Mabes Polri. Namun tampaknya para pemuda kita di sana risau dan tak ingin sesuatu menimpa saya, maka majelis dibatalkan. Hadirin berdatangan sekitar seribu personil, mereka sudah siap untuk hadir dan mendengarkan, maka ketika diumumkan dengan lugas oleh Ustaz Yussaine bahwa pembicara dilarang berbicara oleh fihak perlis, hadirin kecewa dan bubar. Jumat pagi saya menuju Kualalumpur.
Kualalumpur
Kami melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung Syah Alam, dan kemudian malam itu kami menghadiri Majelis Haul yang pertama di Masjid Al Falah Subang Jaya. Pembacaan Wird Allathif lalu penceramah pertama adalah Syeikh Muhammad Fuad Kamaluddin Almalikiy. Kemudian saya sendiri sebagai pembicara kedua, lalu kemudian penceramah selanjutnya Prof. Dr. Saad bin Saad Jawish sebagai Dosen Hadis dan Ushuluddin di Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Sabtu pagi kuliah subuh saya memberikan mau’idhah di Masjid Darul Ihsan Subang Jaya. Sabtu malam, 17 November 2007, adalah acara haul malam kedua, diadakan di Masjid Al Aman Jl Damai. Pembicara pertama Syeikh Muhamad Hafidh Slamet, kemudian Syeikh Abdurrahman Ba’abbad dari Hadramaut, kemudian Syeikh Afeefuddin Al Gaylaniy Al Baghdadiy dari Baghdad, kemudian Prof. Dr. Saad bin Saad Jawish.
Ahad siang, 18 November 2007, merupakan acara rauhah dan silaturahmi serta jamuan makan siang oleh kordinator haul yaitu Assayyid Abdurrahman Ali Alhaddad di kediamannya di Syah Alam, Kualalumpur. Acara makan siang diteruskan dengan Qasidah Muhammad Qalby dan kemudian saya menyampaikan mau’idhah menutup dari beberapa sambutan ulama-ulama setempat. Malam itu adalah acara haul ketiga yang diadakan di Masjid Bukhari di Klang, Kualalumpur. Pembicara pertama adalah Syeikh Najmuddin Alkherd, kemudian saya sebagai pembicara kedua, kemudian diakhiri Prof. Dr. Sa’ad Jawish (Dosen Ushuluddin bidang hadits di Universitas Al Azhar Cairo).
Syeikh Sa’ad Jawish ini sangat rendah hati dan sopan, beliau sangat simpatik pada saya dan saya pun sangat mencintainya. Beliau selalu memperhatikan saya dan tampaknya beliau tertarik dengan penyampaian saya yang selalu menukil dari hadits-hadits shahih Bukhari, hingga kemudian ia memberi alamatnya kepada saya dan menantikan kunjungan saya ke Cairo Mesir, dan tampak undangannya serius, bukan undangan sekedar basa-basi namun benar-benar mengharapkan kunjungan saya kesana, dan sayapun memang sangat mengharapkan pula kunjungan beliau ke Majelis kita di Jakarta.
Selepas majelis kami makan malam di ruang vip di masjid setempat. Lalu saya mengucapkan salam perpisahan pada Syeikh Sa’ad, saya memeluknya bagaikan ayah saya sendiri, dan saya tak tahan menahan air mata saat memeluk beliau, dan setelah saya melepas pelukan itu dan memandang wajahnya, ternyata beliaupun menitikkan airmata, kami berpisah. Lalu saya mengunjungi Munsib Alattas yang sedang dikerubuti oleh banyak orang. Saya mengucapkan salam perpisahan dan mengharap kepastian kunjungan beliau ke Jakarta. Munsib berkata, “Sungguh perpisahanku denganmu sangat berat wahai Munzir. Walau kita cuma bertemu beberapa hari namun pengalaman dakwah ini membuat hubungan kita sangat erat.” Saya menunduk dan mencium paha beliau dan beringsut mundur karena tak tahan melihat wajah beliau setelah mendengar ucapan beliau yang mengiris hati.
Ketika saya keluar masjid, maka sudah banyak khalayak yang menanti untuk mengucapkan salam perpisahan, di antaranya kelompok para pemuda pimpinan seorang muda yang menjadi penggerak dakwah pemuda di Universitas Islam Selangor, yaitu Sayyid Faishal bin Abdullah Alhabsyi. Kualalumpur terang benderang dengan semangat mahabbah pada Allah dan Rasul Nya yang muncul dengan perayaan Haul Imam Haddad, Subahanallah…. Walaupun Imam Haddad telah lama wafat dan tetap Allah swt menjadikan beliau rahimahullah sebagai perantara rahmat Nya swt ke pelbagai wilayah di Indonesia, demikian pula di Kualalumpur. Semoga Malaysia akan bangkit menjadi Negeri yang Nabawiy, dan Kualalumpur menjadi kota yang dipenuhi para pecinta Rasulullah saw, salam sejahtera selalu untuk para pembela Rasulullah saw di Malaysia.

Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI

0 komentar:

Posting Komentar