- - - Kami konvoi ke wilayah-wilayah kunjungan, dan selama perjalanan kami berbincang-bincang seputar keadaan dakwah di wilayah setempat yang sangat menyedihkan. Jumlah Muslimin dan Nasrani yang kini sudah fifty-fifty itu tetap dalam kungkungan Kaum Nasraniy. Sangat mustahil bagi mereka membangun masjid kecuali dengan sangat teramat sulit, adzan pun hampir saja dikeluarkan undang-undang untuk dilarang, dan Jilbab pun kabarnya akan dikeluarkan undang undang untuk dilarang. - - -
Dari www.majelisrasulullah.org
Ditulis Oleh: Habib Munzir al Musawa
Senin, 14 Mei 2007
Rabu 9 Mei 2007 , Saya berangkat dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta dengan Merpati Air no flight 802 pkl 05.30wib. Saya ditemani Munsyid Majelis Rasulullah saw yaitu Sdr. Muhammad Qalby. Kami transit di Makassar Sulawesi lalu transit yang kedua di Sorong Irian jaya. Lalu kami tiba di Manokwari pkl 15.00 WIT (13.00 WIB), disambut ditangga pesawat oleh belasan aktifis dakwah dibawah pimpinan KH. Ahmad Baihaqiy (Pimp. Majelis Taklim Alkarimah, Manggarai Jakarta Selatan yang memang sedang berada di Manokwari selama sebulan yang lalu untuk tujuan dakwah). Kami menunggu beberapa saat di ruang VIP menanti selesainya Bagasi. Pkl 16.00 WIB kami menuju penginapan yang telah disediakan yaitu Hotel Yunita, satu-satunya hotel Muslim di Manokwari, tepatnya di Jl. Essau Sesa Manokwari. Kami tiba pkl 17.00 WIT di hotel tersebut dan bercengkerama dengan para pemuda penggerak dakwah di wilayah setempat.
Pukul 20.00 WIT kami menuju Masjid Raihanul Bahri AL (Masjid Angkatan Laut) yang tepatnya di Pas Harkan AL, Manokwari. Kami menyaksikan padatnya hadirin yang berkisar antara 700 hadirin pria dan wanita, dan jumlah itu merupakan jumlah yang sangat banyak bila di kota terpencil ini. Pembacaan Dhiya’ullami dilantunkan dengan gabungan antara Muhammad Qalby dari Jakarta dan Tim hadroh dakwah Manokwari dari para pemuda setempat. Di Majelis ini pula dihadiri oleh Ketua NU, Ketua Muhamadiyah, dan beberapa tokoh masyarakat lainnya.
Dikabarkan bahwa di masjid itu ada seorang tokoh masyarakat yang sangat benci dengan hadroh di masjid, maka pihak masjid minta saya sedikit menyinggung masalah hukum hadroh di masjid. Selepas ceramah maka tanpa disangka seorang tua nan berwibawa tergopoh-gopoh lebih dahulu menyalami saya dan memeluk saya dengan hangat. Kemudian saya diberitahu bahwa ternyata dia itulah tokoh yang sangat benci hadroh sebelumnya. Alhamdulillah ternyata tokoh ini berjiwa besar setelah mendengar penjelasan, dan ceramah di malam itu seputar persatuan muslimin dan menggalang kekuatan islam dengan membangkitkan jiwa Muhammad saw dan semangat Rasul saw sejalan dengan mewarisi akhlak sang nabi saw.
Majelis selesai dan mereka berdesak-desakan menyalami, saya membatin, “Di tempat terpencil dan jauh seperti ini kok muslimin ini masih juga berdesakan menyalami.” Terus terang saja saya lebih berlapang dada kalau mereka langsung pulang dan tak berdesakan menyalami, hal ini sudah saya alami setiap malam di Jakarta, rupanya di Manokwari pun masih seperti ini juga.
Acara selesai dan kami berkeliling ke beberapa wilayah Manokwari, lalu kembali ke penginapan. hal yang sangat mengharukan adalah para pemuda aktifis dakwah di sana sangat bersemangat, mereka ikut kemana kami pergi. Mereka terus konvoi di belakang mobil kami padahal pada jarak puluhan bahkan hingga 120 km mereka terus dibelakang kami. Sesampai di penginapan mereka menutup pintu dari luar dan tetap menjaga di luar pintu hingga pagi, mereka tak bergeming hingga acara selanjutnya dan mereka terus konvoi lagi. Masya Allah….
Kamis 10 Mei 2007 , Pukul 06.00 WIT kami berangkat menuju SP 1 Desa Prapi, Ponpes Daruttaqwa Pimpinan KH. Alyuddin (beliau ini berdomisili di Manokwari mulai 1982), dengan jarak tempuh kira-kira 65 km dari Manokwari. Dalam perjalanan yang kami diantar oleh Bpk. Sokhib, asli Malang yang berdomisili di Manokwari, ia seorang yang berhati mulia dan aktif dalam gerakan dakwah, beliau rela mengantar kami tanpa pamrih, dan dibelakang kami diikuti Mobil Blazer yang disarati oleh para pemuda aktifis dakwah diikuti belasan motor mereka.
Kami konvoi ke wilayah-wilayah kunjungan, dan selama perjalanan kami berbincang-bincang seputar keadaan dakwah di wilayah setempat yang sangat menyedihkan. Jumlah Muslimin dan Nasrani yang kini sudah fifty-fifty itu tetap dalam kungkungan Kaum Nasraniy. Sangat mustahil bagi mereka membangun masjid kecuali dengan sangat teramat sulit, adzan pun hampir saja dikeluarkan undang-undang untuk dilarang, dan Jilbab pun kabarnya akan dikeluarkan undang undang untuk dilarang.
Duh… prihatin sekali keadaan mereka saudara-saudara kita ini, ada diantara mereka mengadukan perbuatan kaum Nasrani yang memurtadkan banyak muslimin. Dan nama-nama mereka Muhammad, Hasan, Ali dan nama-nama muslim itu sengaja tak dirubah, dibiarkan untuk penghinaan atas muslimin, bahwa nama Muhammad, Ali, dll. itu masuk gereja dan murtad. Yang berkuasa disana adalah kepala suku, masyarakat hanya akan menurut bila ada Brimob yang diturunkan untuk mengatur kelancaran, dan Alhamdulillah kami sebelumnya telah mengadakan hubungan dengan fihak Polda Metrojaya untuk memberikan surat pengantar pada kami agar tak mendapat tekanan dari fihak aparat setempat yang bisa saja menganggap kami provokator atau tuduhan lainnya.
Ketika kami singgah di Ponpes Daruttaqwa, saya sempat berusaha mencari sinyal, namun memang wilayah ini sulit sekali sinyal hp apalagi internet. Kami beristirahat sebentar lalu meneruskan perjalanan ke SP.6 yaitu Desa Bowi Subur, Distrik Masni, tepatnya di Ponpes Nurul Haramain pimpinan Gus Jumri Al Ghaziy yang beliau itu baru saja berdomisili 5 tahun di manokwari. Acara dimulai pk 10.00 WIT, dihadiri oleh Camat setempat, Kapolsek dan Koramil setempat. Maulid Dhiya’ulaami dilantunkan dengan indah untuk pertama kalinya di wilayah ini. Hadirin berkisar 1.500 hadirin pria dan wanita. Selepas penyampaian ceramah dan qasidah penutup, diadakan acara hiburan berupa pertunjukan pencak silat dan beberapa atraksi menarik.
Pukul 11.30 WIT kami meninggalkan tempat menuju Desa Wasegi, Manokwari, di Masjid wilayah itu kami shalat dhuhur, wilayah muslim yang sangat terpencil dan berhadapan dengan Gunung Emas Wasegi yang memang merupakan tempat yang dipenuhi tambang emas namun ditutup oleh kepala suku setempat. Di wilayah ini pernah KH. Ahmad Baihaqy beberapa minggu yang lalu membaca maulid Dhiya’ullami di Masjid itu, maka wilayah itupun gempa beberapa saat.
Kemudian kami kembali ke penginapan dan istirahat, pukul 18.30 WIT kami menuju Ponpes-Ponpes Daruttaqwa sebagai majelis penutupan. Acara meriah yang didahului oleh hujan deras itu berakhir pukul 22.30 WIT. Lalu saya mengumpulkan semua penggerak dakwah setempat dan memberi mereka wejangan-wejangan agar berpadu sebagai Laskar Nabi SAW, tentara Rasulullah SAW, dan salah satu yang saya sampaikan adalah jangan angkat senjata sebelum mereka angkat senjata, teruslah berjuang dengan akhlak dan budi mulia.
Kami kembali ke Manokwari, jalanan sangat gelap dan sangat sepi. selama 65 km itu mungkin kami hanya jumpa 2 atau 3 kendaraan saja. Di belakang kami sebuah mobil lagi yang dipenuhi para pemuda penggerak di wilayah setempat.
Sambil dalam perjalanan saya bertanya, “Apakah wilayah ini tidak rawan? Atau tak ada masyarakat setempat yang mengganggu atau merampok sebagaimana jalur Lintas Sumatera yang terkenal rawan di malam hari?” Jawabannya adalah wilayah itu masyarakat Irian tak mau keluar lewat dari margib, karena konon ada Penyihir Jahat yang di beri nama “Sewanggi”, yang senang membunuh dan memakan isi perut manusia, penyihir itu berkeliaran di malam hari mencari mangsa, maka penduduk setempat tak berani keluar di malam hari…. Wah, bagus sekali deh, jadi kita aman-aman aja, he..he..he….
Malam itu kami menginap di kediaman Hj. Sohib, di wilayah Wosi, Manokwari, para pemuda tetap tak meninggalkan kami, mereka tidur di luar kamar, Subhanallah….
Jumat 11 Mei 2007, pukul 14.30wit kami telah di Bandara Manokwari untuk kembali ke Jakarta, kami berpisah di Bandara dan berpelukan hangat dengan para pemuda dan para aktifis dakwah, mereka menangis dan menangis…. luar biasa… Masya Allah... Masya Allah… Doa kami menyertaimu wahai para Pasukan Pembela Rasulullah saw. Kami yang jauh dari kalian di Jakarta akan selalu mendoakan kalian dan kami akan mengatur kunjungan lagi untuk terus mendukung perjuangan kalian.
Rabbiy pastikan mereka wafat dalam Puncak kemuliaan, Rabbiy Pastikan pertolonganmu atas mereka, Rabbiy Limpahkan Rahmat dan keluasan atas mereka, pastikan mereka berkumpul bersama Muhajirin dan Anshar kelak di Yaumul Qiyamah, pastikan mereka dapat bersama Nabi Muhammad saw di Hari kiamat…
Rabbiy kami titipkan pada Mu nafas-nafas mereka yang penuh semangat juang, kami titipkan langkah-langkah mereka yang terus dalam penegakan Panji Nabi Mu… Amiin….
Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI
"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)
Sabtu, 08 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar