"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Sabtu, 08 Oktober 2011

29. Denpasar Bali (II)

- - - Saya pribadi mempunyai banyak maksud dalam kunjungan ini, mengingat dakwah Majelis Rasulullah dengan pesat berkembang, maka akan sangat menyolok bagi penganut agama Hindu di Bali yang merupakan mayoritas, dan itu membahayakan keselamatan saudara saudara kita muslimin, karena mereka bisa saja diprovokasi oleh fihak musuh islam untuk memerangi dan mempersulit dakwah muslimin. Maka maksud kedatangan saya kepada Raja Bali adalah menjalin hubungan erat dengan pimpinan adat tertinggi di Bali yang sangat berpengaruh di sana….
Tujuan lainnya adalah untuk mengenalkan kelembutan Islam dan fleksibelnya ajaran Islam dalam menghargai tuntunan kerukunan ummat beragama yang diajarkan Rasul saw. Dan juga saya bertujuan memberi pemahaman pada muslimin di Bali untuk tidak memusuhi mereka yang beragama Hindu walau berbeda agama, namun mestilah muslim lebih baik dan lebih sopan dari non muslim, yang dengan itu mereka bisa lebih mendekat dan mengenal Islam, paling tidak mereka tidak memusuhi muslimin, dan itu demi keamanan muslimin pula dan keasrian muslimin yang minoritas di wilayah Bali. - - -


Dari www.majelisrasulullah.org
Ditulis oleh: Habib Munzir al Musawa
Dini hari, Selasa, 23 Ferbruari 2010 saya bersama Muhammad Ainiy bertolak meninggalkan bandara Soekarno Hatta. Kali ini tujuan kami adalah Denpasar Bali. Perbedaan waktu denpasar (WITA) adalah 1 jam lebih dahulu dari pada Jakarta. Kami tiba dengan sambutan hangat para kordinator Majelis Rasulullah saw wilayah Bali, Bpk KH Badrudin, Hb Talib Assegaf, Hj Rois, Hj Kholid, dan bersama para pendukung dakwah lainnya.
Dari bandara Ngurah Rai Denpasar kami langsung berkunjung ke Kediaman Raja Bali. Ia menyambut kami dengan hangat dan akrab. Ia meminta maaf karena tidak sedang menggunakan pakaian kebesarannya karena kedatangan kami mendadak. Saya pribadi mempunyai banyak maksud dalam kunjungan ini, mengingat dakwah Majelis Rasulullah dengan pesat berkembang, maka akan sangat menyolok bagi penganut agama Hindu di Bali yang merupakan mayoritas, dan itu membahayakan keselamatan saudara saudara kita muslimin, karena mereka bisa saja diprovokasi oleh fihak musuh islam untuk memerangi dan mempersulit dakwah muslimin. Maka maksud kedatangan saya kepada Raja Bali adalah menjalin hubungan erat dengan pimpinan adat tertinggi di Bali yang sangat berpengaruh di sana.
Tujuan lainnya adalah untuk mengenalkan kelembutan Islam dan fleksibelnya ajaran Islam dalam menghargai tuntunan kerukunan ummat beragama yang diajarkan Rasul saw. Dan juga saya bertujuan memberi pemahaman pada muslimin di Bali untuk tidak memusuhi mereka yang beragama hindu walau berbeda agama, namun mestilah muslim lebih baik dan lebih sopan dari non muslim, yang dengan itu mereka bisa lebih mendekat dan mengenal Islam, paling tidak mereka tidak memusuhi muslimin, dan itu demi keamanan muslimin pula dan keasrian muslimin yang minoritas di wilayah Bali.
Kunjungan singkat di kediaman Raja Bali dalam ramah tamah ini merupakan kunjungan saya yang pertama dan belum pernah sebelumnya seorang habaib atau ulama berkunjung dari luar Bali kepadanya.
Beliau sangat ramah dan kami pun akrab. Ia mempersilahkan jika kunjung ke Bali untuk menginap di rumahnya saja, subhanallah… Beliau tahu kedatangan saya adalah untuk berdakwah, namun jiwa seorang raja yang bijaksana walau beliau beragama Hindu namun menyambut kami dan mempersilahkan saya menginap di rumahnya.
Kejadian ini mengingatkan saya pada Raja Najasyi, ketika Rasul saw mengirimkan utusan beliau saw kesana yaitu Jakfar bin Abi Thalib ra untuk mengajak kepada keislaman, sedangkan Kaisar Najasyi beragama Nasrani. Kaisar/Raja Najasyi tidak langsung memeluk islam, namun ia menyambut utusan Rasul saw dengan Hangat dan membolehkan islam diajarkan di wilayahnya. Tak lama ia pun masuk islam dan ketika ia wafat maka Rasul saw melakukan Shalat Ghaib di Madinah, dan itulah Shalat Ghaib yang pertama kali dilakukan dalam sejarah islam, yaitu untuk Kaisar Najasyi (Shahih Bukhari).
Kami berfoto bersama, lalu kami berpisah dan menuju penginapan untuk beristirahat. Kondisi saya drop sekali dan sangat lemah. Saya dijadwalkan untuk mengisi ceramah di sebuah masjid di Denpasar sebelum magrib, lalu magrib berjamaah, lalu ke wilayah Tabanan untuk Majelis Akbar. Namun karena kondisi saya yang sangat drop sore itu, maka saya tidak mampu mengunjungi majelis pertama, dan hanya bisa mengunjungi majelis kedua, yaitu di wilayah Tabanan. Maulid Dhiya’ullami dikumandangkan pertama kali di Tabanan, lalu berdiri penceramah dari Langitan Tuban Jawa Timur, seorang alumni Darul Mustafa juga, yaitu KH Abdullah, putra dari KH Abdullah Faqih, Langitan.
Jamaah berkisar 1.500 muslimin-muslimat, merupakan jumlah yg sangat teramat banyak untuk wilayah Bali. Saya penceramah kedua dan ditengah ceramah saya datanglah Gung, seorang kerabat Raja Hindu yang diutus untuk mewakili Raja Hindu menghadiri acara kami. Ceramah diakhiri dengan menggemuruhkan dzikir Yaa Allah, Yaa Allah, dan kalimat tauhid. Acara berakhir pada 22.30 WITA dan kami kembali ke penginapan di Denpasar. Tubuh serasa hancur dari lelahnya menghadapi desakan massa yg ingin bersalaman, ingin rasanya saya menjatuhkan diri dan pasrah apapun yang akan mereka lakukan terhadap diri ini. Namun hati kecil saya membisikkan bahwa pada setiap uluran tangan itu terdapat pahala dan keridhoan Allah swt, akankah kau tolak wahai munzir pendosa? Maka saya menahan diri dan terus berusaha tak melewatkan satu tanganpun yg terulur untuk bisa bersalaman.
Kami menuju Denpasar diikuti konvoi banyak kendaraan bermotor dan mobil dari Denpasar yang juga turut hadir ke Tabanan, dan juga datang jamaah dari Singaraja, Klungkung, dll. Mereka terus mengikuti sampai ke penginapan. Kurebahkan tubuh dipembaringan, dan beristirahat.
Dini hari rabu 24 februari 2010, dalam sujud dan doa serta dzikir, aku merenung, wahai Allah, wilayah ini mestilah sering hamba kunjungi, mereka para kordinator meminta kunjungan bukan hanya semalam saja, namun tiga hari dua malam, agar bisa mengunjungi lebih banyak lagi wilayah di sekitar denpasar, namun tubuh yang lemah ini apakah mampu… beri hamba kekuatan… beri hamba kemampuan… beri hamba kesempatan waktu…
Sebelum adzan subuh mereka telah tiba dan kami melakukan Shalat Shubuh berjamaah. Dalam perjalanan menuju Bandara Ngurah Rai, penerbangan kami pulang ke Jakarta adalah pkl 6.30 WITA, yaitu 5.30 WIB, maka langsung selepas Shalat Shubuh kami meluncur menuju Bandara. Hanya 1 mobil saja yang bersama kami. Sedang kami berbincang-bincang seputar dakwah, kemudian terliat satu pengendara motor berjaket Majelis Rasulullah saw, ia terus mengawal kami, lalu datang satu motor lagi dengan pengendara berjaket Majelis Rasulullah saw, lalu lagi dan lagi. Mereka sama-sama ingin mengiringi ke Bandara Ngurah Rai untuk mengantar kepulangan saya. Satu diantaranya adalah dari Jamaah Depok dan selalu hadir majelis majelis kita di Jakarta. Kini ia sudah setahun di Denpasar. Ia berkirim salam untuk seluruh jamaah Majelis Rasulullah saw di Jakarta.
Peluk perpisahan mengakhiri perjumpaan kami. Ku tulis risalah ini di atas wilayah Cirebon, sebagaimana dikabarkan oleh Pilot bahwa kami sedang di atas wilayah Cirebon dengan ketinggian 30.000 kaki dari permukaan laut.
Masih terbayang kunjungan ramah tamah kepada Raja Bali. Masih terfikir bagaimana beratnya saudara-saudara muslimin melewati hidupnya di tengah tengah mayoritas non muslim. Masih terngiang-ngiang permintaan para kordinator untuk kunjungan 3 hari 2 malam ke Bali demi kemaslahatan muslimin Bali agar lebih banyak wilayah yang dikunjungi… Laa ilaha illallah… kalimat inilah yang kujadikan akhir doa dan harapanku serta harapan mereka dan seluruh harapan muslimin… dan Rabbiy gembirakanlah hati Nabi Mu Muhammad saw dengan berkembangnya muslimin di Bali dan seluruh wilayah muslimin, bantulah para da’i muslimin, bebaskan kami dari kesulitan, singkirkan penghalang penghalang kami, sembuhkan penyakit dan sakit serta kelelahan kami, beri kekuatan pada kami, permudah perjuangan kami, limpahkan kemakmuran untuk kami, tambahkan semangat kami, sehingga kami lebih leluasa untuk berjuang dan berkhidmat pada Mu dan pada tuntunan Nabi Mu, Yaa Allah.. Yaa Allah.. Yaa Allah.
Kuakhiri laporan dakwah dari empat wilayah ini, Jawa Timur, Singapura, Kualalumpur, dan Bali, semoga wilayah wilayah itu dan seluruh wilayah muslimin semakin makmur dengan hidayah dan keluhuran serta kemakmuran, amiin.


Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI

0 komentar:

Posting Komentar