"Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz)


Sabtu, 08 Oktober 2011

15. Pesan dan Wasiat Habib Munzir Al Musawa

- - - Maka Rasulullah saw terus mengajakku masuk, "Masuklah... kau sudah kelelahan… kau tak punya rumah di dunia (memang saya hingga saat ini masih belum punya rumah). Tak ada rumah untukmu di dunia, karena rumahmu adalah di sini bersamaku… serumah denganku… seatap denganku…. makan dan mium bersamaku.... masuklah!"
Lalu aku berkata, "Lalu bagaimana dengan Fatah Jakarta? (Fatah tegaknya panji kedamaian Rasulullah saw).”
Maka beberapa orang menjawab di belakangku, “Wafatmu akan membangkitkan ribuan hati untuk meneruskan cita-citamu...! Masuklah…!" - - -


Ditulis oleh: Habib Munzir Al Musawa
Sabtu, 2 Januari 2010
Forwardkan pada kekasih-kekasihku di milis….
Malam ini aku tersandar di pembaringan dan terpaku bertafakkur. Air mata terus mengalir, alangkah lemahnya hamba ini menghadapi gelombang ombak.
Di hadapanku acara esok malam di Monas. Sedangkan acara malam Minggu membuat dadaku pecah. Ketika sakit di kepala belakangku kambuh dan sakitnya terasa seluruh urat panas membara sampai ke kuku dan tulang dan puncak sakitnya adalah di kepala bagian belakang.
Malam Minggu biasanya kutemui 15-20 ribu muslimin, namun tubuh yang sudah rapuh ini terus merangkak menuju majelis yang kukira akan menemui jamaah yang lebih banyak.
Ternyata yang kutemui hanya sekitar 300 orang saja. Serasa meledak dadaku karena sedih dan menahan sakit. Ingin rasanya ku jatuhkan tubuhku di pangggung dan terserah apa yang akan terjadi.
Dengan tubuh yang terus menahan sakit aku bertahan, mataku nanar dan panas, wajah dan telinga serasa menjadi tebal bagai ditampar berkali-kali. Keluhan sakit adalah sebab peradangan otak yang terus menjadi-jadi.
Aku terus menoleh ke kiri dan kanan, berharap para kekasihku datang berbondong-bondong meramaikan acara. Namun hanya beberapa puluh saja duduk di shaf dan sisanya belasan orang berdiri di sekitar panggung. Gelombang jamaah tidak tiba juga, tak lama tiba konvoi pun mungkin hanya 50 orang saja.
Aku terhenyak, kepalaku semakin sakit, seluruh tubuhku seakan berteriak kesakitan tak kuasa menahan sakitnya… Allah... Allah... Allah… Wahai tubuh penuh dosa kau harus bertahan.
Ceramah selesai, acara ditutup, aku melangkah ke mobil dengan lemah dan ingin ku teriakkan pada semua orang jangan satupun menyentuh kulitku karena sangat terasa sakitnya. Namun aku harus menerima nasibku untuk dikerubuti, mereka datang dan setia padaku. Mereka orang orang berjiwa Muhammad saw, aku tak boleh kecewakan mereka.
Aku membatin memandangi jumlah yang sangat sedikit di hadapan panggung besar dan lapangan bola ini, “Dua belas tahun aku berdakwah, inilah hasil dakwahku, sisanya adalah buih di lautan.”
Sampai di markas ku rebahkan tubuh penuh derita dengan hati yang hancur. Ketika mata hampir terlelap, maka aku terhentak bagai dibentak syaitan, esok malam acara Monas, bagaimana nasibmu Munzir! Adakah akan seperti ini ini? Hujan akan turun dan kau terpaku kecewa di hadapan Guru Mulia?
Aku bagai tersengat stroom tegangan tinggi, menangis sekeras-kerasnya. Sakit di kepalaku sudah tak tertahan. Jika ku hantamkan kepala ini ke tembok hingga kepala ini hancur tidak akan terasa sakitnya karena sudah dikalahkan oleh sakit yang jauh lebih berat.
Tubuhku gemetar, lalu aku berkata, “Ainiy! Bantu aku membuka jubah dan sorbanku dan gamisku, bantu aku rebah. Ini sudah larut malam, makanan apa yang ada Ainiy? Saya lapar, dan perlu makan sedikit untuk makan obat.”
Ia berkata, “Jam segini wahai Habib sudah tidak ada apa-apa. Banyak restoran padang dan penjual makanan masih tutup pula karena liburan panjang.”
“Baiklah, buatkan indomie saja, sekedar pengganjal untuk makan obat.”
Profesor sudah mengatakan, “Jika sakit di kepala tak mau hilang dengan obat penahan sakit yang saya berikan, Habib harus segera ke RSCM untuk suntik otak.”
Berkali-kali memang ia menembuskan jarum sepanjang hampir 15 cm itu ke dalam otakku sedalam-dalamnya… ah… tidak ada waktu untuk opname… aku harus bertahan… Di hadapanku acara Monas, pasrah pada Allah.
Lalu saat mata hampir terpejam, pikiranku dihentakkan lagi dengan beban berikutnya, 12 Rabiul Awal pada 26 Februari…. bulan depan…! Lalu kedatangan Guru Mulia pada sekitar Maret, mestilah ada acara akbar pula. Lalu 27 Rajab Isra Mikraj. Lalu Nisfu Sya'ban. Lalu Badr pada pertengahan Ramadhan. Lalu habisnya massa kontrak markas MR di bulan Juni.
Aku teringat mimpiku beberapa minggu yang lalu. Aku berdiri dengan pakaian lusuh bagai kuli yang bekerja sepanjang hari, di hadapanku Rasulullah saw berdiri di pintu kemah besar dan megah, seraya bersabda, "Semua orang tak tega melihat kau kelelahan wahai Munzir, aku lebih tak tega lagi… kembalilah padaku, masuklah kedalam kemahku dan istirahatlah….”
Kujenguk dalam kemah mewah itu ada Guru Mulia (Habib Umar bin Hafidz) seraya berkata, "Kalau aku bisa keluar dan masuk ke sini kapan saja, tapi Engkau wahai Munzir jika masuk kemah ini kau tak akan kembali ke dunia."
Maka Rasulullah saw terus mengajakku masuk, "Masuklah... kau sudah kelelahan… kau tak punya rumah di dunia (memang saya hingga saat ini masih belum punya rumah). Tak ada rumah untukmu di dunia, karena rumahmu adalah di sini bersamaku… serumah denganku… seatap denganku…. makan dan mium bersamaku.... masuklah!"
Lalu aku berkata, "Lalu bagaimana dengan Fatah Jakarta? (Fatah tegaknya panji kedamaian Rasulullah saw).”
Maka beberapa orang menjawab di belakangku, “Wafatmu akan membangkitkan ribuan hati untuk meneruskan cita-citamu...! Masuklah…!"
Lalu malaikat Izrail as. menggenggamku dari belakang, ia memegang dua pundakku, terasa seluruh uratku sudah digenggamannya, seraya berkata, "Mari… ku antar kau masuk... mari…"
Maka kutepis tangannnya dan aku berkata, “Saya masih mau membantu Guru Mulia saya.”
Maka Rasulullah saw memerintahkan Izrail as untuk melepaskanku.
Aku terbangun….
Semalam ketika aku rebah dalam kegelapan kulihat dua tamu bertubuh cahaya, namun wajahnya tidak bertentuk kecuali hanya cahaya. Ia memperkenalkan bahwa ia adalah Izrail as. Kukatakan padanya, "Belum… belum... aku masih ingin bakti pada Guru Muliaku… pergilah dulu!” Maka ia pun menghilang raib begitu saja.
Tahun 1993 aku bermimpi berlutut di kaki Rasulullah saw, menangis rindu tak kuat untuk ingin jumpa. Maka Sang Nabi saw menepuk pundakku, “Tenang dan sabarlah... sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah kumpul bersamaku."
Usia saya kini 37 tahuh pada 23 Februari 1973, dan usia saya 38 tahun pada 19 Muharram ini.
Peradangan otak ini adalah penyakit terakhirku. Aku senang wafat dengan penyakit ini, karena Rasulullah saw beberapa bulan sebelum wafatnya terus mengeluhkan sakit kepala.
Salam rinduku untuk kalian semua jamaah Majelis Rasulullah saw kelak, jika terjadi sesuatu padaku maka teruskan perjuanganku… ampuni kesalahanku… kita akan jumpa kelak dengan perjumpaan yang abadi. Amiin
Kalau usiaku ditakdirkan lebih, maka kita terus berjuang semampunya, tapi mohon jangan siksa hari-hariku. Hanya itu yang kuminta.



###
(Beberapa bulan kemudian ada seseorang yang bertanya di Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org)
Dari Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org
13 Juli 2011
From: Astim
Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ya Habib saya Astim yang engkau beri nama Muhammad Habiburrahman. Sungguh Habib dengan nama itu ana serasa engkau berikan amanah yang harus ana jaga. Dulu ana suka sekali becanda tapi setelah menggunakan nama ini, Alhamdulilah ana membatasi candaan. Habib ana dari kecil ingin menjadi seorang ulama, tapi karena syarat bekal ana tidak punya jadi keinginan itu terganjal karena orang tua tidak sanggup memasukan ana ke pesanten. Jujur Habib ana hanya seorang pendosa, entahlah kalau ana tidak ketemu web MR, mungkin ana tidak tau apa arti hidup yang sesungguhnya.
Ya habibana… saya membaca satu catatan yang dipublis di FB, bahwa engkau akan berjumpa dengan semulia-mulianya mahluk Alloh SWT yaitu datuk Habib, Nabi pemberi syafaat bagi umatnya, Nabi Muhammad saw. kekasih tercinta. Ana menangis Habib, ana sedih benarkah di umur 40 tahun engkau akan tinggal bersama baginda Rasul. Tolong Habib jangan tinggalkan kami Pecinta MR. Ana tidak sanggup menulis lagi Habib. Salam.

Re: Habib Munzir al Musawa
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari-hari Anda.
Saudaraku yang kumuliakan, selamat datang di web Para Pecinta Rasul saw, kita bersaudara dalam kemuliaan.
Saudaraku tercinta, boleh saya ceritakan mimpi saya sekitar setahun yang lalu… Saya melihat Rasul saw di dalam kemah besar dan mewah, dan dihadapannya seperti ada bangunan-bangunan yang sedang dibangun. Hamba berpakaian lusuh dan kotor, kebetulan Rasul saw melihat hamba dan memanggil hamba. Dengan lembut dan tidak tega beliau saw berkata, “Wahai munzir, kau sudah kelelahan sekali bekerja dalam pembangunan ini. Sudah! Masuklah beristirahat di kemahku.”
Lalu saya dibawa ke kemah beliau saw, saya berdiri dipintu kemah itu. Saya melihat ada hidangan hidangan dan buah-buahan, dan Guru Mulia (Habib Umar bin Hafidz) ada di dalamnya. Lalu Guru Mulia melihat saya, dan berkata, “Wahai Munzir, aku keluar dan masuk ke kemah ini dengan bebas, namun jika engkau masuk ke sini, kau tak akan kembali lagi selama-lamanya ke dunia, terserah padamu....”
Maka saya terdiam dan ragu untuk masuk, maka beberapa malaikat di sekitar saya menghimbau saya untuk masuk kemah dan beristirahat. Lalu malaikat Izrail as memegang kedua pundak saya dari belakang dan berkata, “Mari kubimbing kau masuk....”
Pegangannya lembut saja, namun terasa seluruh urat tubuh saya sudah digenggamannya. Maka saya menolak dan berkata, “Saya masih ingin bakti pada guru mulia membantu beliau....”
Maka Rasul saw. memberi isyarat pada malaikat Izrail as untuk melepaskan saya, lalu beliau saw. berkata, “Tempatmu kelak di sini wahai Munzir, sekemah denganku, seatap denganku, tinggal bersamaku, kau tak punya rumah di dunia dan akhirat, rumahmu bersamaku, seatap denganku.” Lalu saya terbangun.
Beberapa bulan kemudian saya berjumpa lagi dengan Rasul saw. dalam mimpi dan beliau saw. duduk berdampingan dengan saya, seraya berkata, "Sampai kapan kau menunda ajakanku wahai Munzir? kupanggilkan Izrail dan Jibril untuk membawamu sekarang?”
Lalu saya menjawab, “Wahai Rasulullah, jikalah saya diizinkan Allah dan Rasul Nya, saya masih ingin membantu Guru saya.”
Maka Rasul saw tersenyum dan memegang rambut saya sedikit menjambaknya seperti ayah yang mempermainkan anak kecilnya, beliau berkata, “Tidak ada yang menolak undanganku kecuali orang-orang aneh semacammu wahai Munzir.” Lalu beliau saw berangkat dari duduknya sambil tersenyum dan pergi.
Saya terus berdoa, jika saya masih diizinkan Allah swt untuk berumur panjang dan berbakti pada Allah dan Rasul Nya dalam dakwah yang dijalankan Guru Mulia saya, maka saya meminta pada Allah umur panjang. Namun jika kemangkatan saya lebih membawa manfaat maka saya memilih mangkat, Allah swt Maha Mampu membuat 1000 orang yang lebih baik dari hamba untuk membimbing ummat.
Namun harapan saya, saya wafat setelah jakarta menjadi kota yang beriman, kalau kota Demak disebut kota wali, maka saya bercita-cita Jakarta Kota Sayyidina Muhammad saw. Maksudnya kota yg beriman, rukun antar ummat beragama, musliminnya mayoritas baik dan tidak berpecah belah, akidah sudah suci dan tidak terkotori, dan alhamdulillah semakin hari semakin berjuta ummat yang terbawa dalam dakwah keluhuran sang Nabi saw. Namun untuk saat ini masih jauh dari target yang memuaskan kita, maka hamba berharap Allah swt belum mewafatkan hamba sampai cita-cita hamba tercapai, amiin.
Demikian saudaraku yang kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.
Wallahu a'lam

### Dari: Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org
18 Februari 2010

From: Gunawan12
Assalamualaikum,
Bismillahirrohmaanirrohiim
Habibana yang saya muliakan, sungguh suatu kegembiraan bagi kami jamaah Habibana bila Antum berada dalam keafiatan & kebahagiaan, untuk itu saya yang dhoif ini memohonkan hal tersebut pada Alloh Ta’ala.
….
Yaa habibana, penutup ceramah habibana sebagaimana yang ada di web di judul: “Doa Cahaya”, terkait perjumpaan Habibana dengan Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa Habib akan segera berjumpa dengan Rasulullah SAW sebelum usia 40 tahun telah membuat banyak sekali jamaah yg bersedih & sangat khawatir kehilangan habib (termasuk saya). Cobalah habib buka: http://www.facebook.com/home.php?#!/group.php?gid=118903294797389&ref=ts
Kami ingin lebih lama bersama Habib mendampingi perjuangan habib & bersama-sama mewujudkan impian habib menjadikan Jakarta sebagai kota Sayyidina Muhammad SAW. Bila perlu kami siap sebagai penebus untuk kepanjangan usia Habib, Habib jauh lebih dibutuhkan dari pada saya. Saya siap Yaa Habiby untuk jadi penebus Antum pada Alloh Ta’ala, apalah artinya saya dibandingkan Habib yang sangat maslahat untuk ummat.
Bila apa yang disampaikan Rasulullah SAW terlaksana (apalagi usia Habib 37 tahun), siapa yang akan menjadi pengganti Habib untuk memimpin Majelis Rasulullah SAW yang akan menyampaikan ceramah dengan kelembutan & menjadi wasilah rahmat yang membuat jutaan insan ada dalam hidayah???
Jazakalloh khoiron katsiro

Re: Habib Munzir Al Musawa
Saudaraku, hamba pendosa dan lemah ini sangat dhoif menghadapi jamaah yang semakin banyak melebihi batas perkiraan. Setiap malam majelis hamba dihadiri antara 10 ribu sampai 40 ribu muslimin muslimat. Tidak mudah ceramah untuk massa sebanyak itu. Di antara mereka ulama, santri, pejabat, kyai, habaib, juga pendosa, pengangguran, pelajar, pekerja, pezina, orang yang tidak sholat, juga kaum wanita, ibu-ibu lanjut usia, wanita-wanita yang baru menikah, wanita yang belum menikah, pria-pria nakal, anak-anak kecil, orang orang sepuh, politikus, atau orang yang masih ragu akan islam, atau non muslim. Anda bisa bayangkan betapa beratnya bicara untuk menafkahi masing-masing batin itu agar bisa menerima penyampaian saya agar tak salah faham, apalagi jumlahnya ribuan. Sekali seumur hidup pun sudah sangat berat, bagaimana jika tiap malam...
Saya bertanggungjawab untuk tugas itu, bagaimana pula memperhatikan antara masssa yang tergila-gila berdesakan ingin bersalaman. Di lain pihak ada pula massa yang benci dengan pengkultusan dan cium tangan. Di lain pihak ada pula kyai-kyai/habaib yang terdorong untuk ingin salaman dan tak bisa mencapai saya. Di antara mereka ada pula yang kesal dan tak suka dan cemburu atas pengagungan terhadap saya karena mereka ulama yang lebih sepuh atau berilmu. Di antara mereka yang mengiri, di antara mereka yang benci, di antara mereka yang rindu, dan bagaimana Anda harus menghadapi itu semua, mengimbangi itu semua, dan melewatinya setiap malam? Saya hanya pendosa, busuk dan lebih busuk dari mereka semua..
Saya semakin tak berdaya dan semakin tak mampu lagi, namun jika Allah swt menghendaki bisa saja Allah memanjangkan usia saya puluhan tahun lagi. Namun jika saya wafat maka pastilah Allah akan tumbuhkan 1000 di pengganti yang lebih baik, lebih mulia dan sempurna untuk meneruskan perjuangan luhur ini.
Saya risau dengan massa yang semakin banyak, mau saya apakan mereka ini? Dan saya mau jadi apa? Mau jadi rajakah? Rumah saya menanti, 1x2 meter untuk menanti sidang akbar. Semoga di sana saya bisa tenang dan beristirahat.
Namun jika hidup dengan keadaan ini dikehendaki oleh Allah swt berlanjut karena membuat Rasul saw gembira, maka saya memilih terus hidup demi menggembirakan beliau saw. Namun dilema yang sangat berat adalah rindu pada beliau saw.
Demikian saudaraku yang kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.
Wallahu a'lam

### Dari Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org
21 Juni 2010

From: Zaenal
Assalamualaikum
Moga habibana senantiasa dalam kemuliaan & ridho Allah Ta’ala, aamiin.
….
Walau guru mulia tidak hadir di acara 17 Juni (2010) kemarin, tapi saya bahagia atas do’a yg dipanjatkan beliau untuk ke’afiatan dan panjang usianya Habibana. Satu juta jamaah turut mengaminkan baik yang hadir langsung ataupun yang menonton lewat website MR.
Setelah pesan Habibana soal mimpi dengan Rasulullah SAW yang banyak membuat jamaah dilanda kesedihan, do’a Guru Mulia jadi pelipur lara buat kami dan kami yakin mustajabnya doa beliau…. Namun, di tengah beban yang dipikul Habibana & gelora rindu berjumpa Alloh Ta’ala+Rosulullloh SAW, saya tidak tahu apakah Habibana juga turut bahagia dan apakah Habibana juga meng-amin-kan doa beliau?

Re: Habib Munzir Al Musawa

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
kebahagiaan dan kesejukan rahmat Nya semoga selalu menaungi hari-hari Anda.
Saudaraku yang ku muliakan,
….
Bagi saya doa itu adalah tanda besarnya keperdulian beliau terhadap pendosa ini, namun sekaligus peringatan bahwa perjuangan yang hamba lakukan harus terus dilanjutkan, sekaligus instruksi untuk jangan memikirkan ajal yang dekat, dan harus terus berjuang. Sungguh doa itu sangat berat bagi hamba, namun hamba Insya Allah tetap taat pada perintah beliau, dan semoga tidak wafat sebelum beliau ridho dan puas atas bakti hamba.
….
Demikian saudaraku yang kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.
Wallahu a'lam


### Dari Forum Tanya Jawab www.majelisrasulullah.org
2012/02/10

From:IbnSholih

assalamualaikum
ied milad ya bib, umur antum skrg dah 40thn, brarti Allah berkehendak lain, krn mimpi yg antum critakan bhwa antum akn bertemu Rasul umur kurang dr 40 tahun.bib...

Re: Habib Munzir Al Musawa

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
Rasul saw menepati janji, hamba sudah jumpa dg beliau saw sebelum usia mencapai 40 tahun, tapi bukan perjumpaan di alam barzakh, karena beliau saw tidak menyebut jumpa di alam barzakh.
....

===

Ingin membaca cerita lainnya?
Klik KEMBALI KE DAFTAR ISI

9 komentar:

fikri komputer mengatakan...

subhanallah ya allah sembuhkanlah habibana munzdir sembuhkanlah ia ya allah janganlah engkau panggil ia wahai Rosululloh karena ia masih di butuhkan di bumi ini ya Rosul.
berilah guru mulia kami habib munzdir fuad al musawa kesehatan dan panjangkanlah umur beliau ya allah

Shofa el Farozdaq mengatakan...

aamiin ya Robbal 'alamiin

Anonim mengatakan...

Syafakallah, laa ba'sa thohurun insya'Allah.

Anonim mengatakan...

ya Allah sembuhkanlah Habib Munzir dari penyakit radang otaknya agar ia waras.

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...

Komentar yang begini nich malu2in...

Shofa el Farozdaq mengatakan...

kepada: Anonim 16 September 2013 18.31

afwan, mohon maaf sebelumnya.. mungkin Anda belum mengetahui hadits2 berikut:

sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg melihat aku dalam mimpi maka sungguh ia telah melihatku, dan tiadalah syaitan bisa menyerupaiku (Shahih Bukhari).

sabda Rasul saw : Barangsiapa yg jumpa dg ku dalam mimpi ia akan jumpa dg ku dalam keadaan jaga (Shahih Bukhari)

sabda Nabi saw : Barangsiapa yg mimpi baik maka itu dari Allah, dan barangsiapa yg mimpi buruk itu dari syaitan (Shahih Bukhari)

para Nabi mempunyai mu'jizat, Anda percaya khan? atau akan menyangkal dengan memberi komentar2 seperti di atas?
begitu pula para wali-wali kekasih Allah, mereka manusia kekasih Allah yang diberi karomah oleh Allah...

amir mengatakan...

mudah mudahan bisa berjumpa dengan mu ya habibana,,,,

Shofa el Farozdaq mengatakan...

aamiin

Posting Komentar